Wednesday 29 April 2009

PINDAHNYA TOKOH AGAMA DARI SATU AGAMA KE AGAMA LAIN

Sudah banyak kali saya menerima informasi dari teman-teman saya, dari koran, dari radio dan televisi, dari internet dan dari sumber-sumber lain tentang adanya tokoh Muslim yang berpindah agama menjadi Kristen (entah Protestan entah Katolik)... Namun saya juga sering mendengar bahwa ada juga tokoh-tokoh Kristen (entah Protestan entah Katolik) yang akhirnya memeluk agama Islam.

Belum lama ini saya membaca milis Santher, khususnya email dari Pak Herry Djoko tentang film baru yang dirilis di Iran. Di situ juga ada nama yang bagi saya masih asing: Pdt. Mohammad Ali Makrus At-Tamimi. Saya mencoba mencari informasi tentang orang ini di internet... dan memang benar... ia dulu adalah seorang muslim... bahkan seorang tokoh FPI di Jawa Timur... tetapi kemudian memutuskan menjadi seorang Kristen. Saya membaca banyak komentar dalam blog-blog saudara-saudara Muslim... betapa mereka sangat marah dengan sikap pendeta tersebut. Kalau saya amati, yang membuat mereka marah adalah bahwa sang pendeta tersebut merilis VCD dan buku yang isinya “menjelek-jelekkan” agama Islam. Saya sempat membaca sebagian dari tulisan (tapescript) sang pendeta... dan saya berkesimpulan bahwa tulisan tersebut memang sangat keras dan “menghujam”... Tidak heran bahwa ada beberapa komentar miring tentang Pdt. Mohammad Ali Makrus At-Tamini. Misalnya ada yang mengatakan bahwa ia melakukannya demi mencapai ketenaran sepintas...

Sementara itu orang Kristen, khususnya Katolik, juga pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan ketika seorang tokoh agama lain bernama Hajjah Irene Handono berkotbah di mana-mana di seluruh Nusantara. Beliau sering mengaku sebagai mantan biarawati, pernah belajar teologi (bahkan sekarang beliau dianggap sebagai ahli Kristologi oleh sementara kalangan), pernah disuruh mempelajari kelemahan agamanya sekarang dan sebagainya. Dalam beberapa kotbahnya, beliau banyak menyinggung soal kejelekan-kejelekan dalam agama Katolik. Hal ini tentu saja meresahkan. Benar, beliau pernah menjadi Katolik, pernah masuk biara Ursulin di Bandung (tetapi tidak sampai mengucapkan kaul), pernah belajar tentang teologi (Hal ini lumrah dilakukan oleh para aspiran/novis dan calon biarawan/biarawati pada umumnya... walaupun hanya dasar-dasarnya saja)... Namun data-data juga menunjukkan bahwa beliau pernah menikah dengan seorang mantan frater... beliau juga meninggalkan biara karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan biara... dan beliau belum pernah mengucapkan kaul sebagai biarawati.

Saya juga pernah memiliki kenalan di stasi asal saya... Dari kecil, ia memang sudah tampak aneh... sebagai anggota putra altar, dia lebih menonjol dibanding yang lain dalam hal “keanehan”... misalnya sikap doanya yang berlebihan dan spontanitasnya yang lebih nyata daripada teman-temannya. Menurut saya, dia sebenarnya cerdas tetapi dia tidak mendapatkan bimbingan yang dia butuhkan. Saking “pinter”-nya, ia pun “keblinger”... Ia bergaul dengan anak-anak remaja di luar Gereja... sampai akhirnya ia memutuskan menjadi seorang “pendakwah” agama lain. Apalagi, keluarga istrinya memang termasuk tokoh agama lain. Lalu apa yang didakwahkan oleh kenalan saya tersebut? Ia menjadi sangat terkenal di pelosok-pelosok kampung karena ia sangat rajin mengupas apa yang dinilainya jelek dalam agama Katolik... Ia laris manis... (Hebatnya: orang-orang Katolik di stasi saya tidak pernah marah pada kenalan saya... justru rumah orang tuanya pernah dipakai sebagai tempat doa lingkungan... lha bapak dan ibunya kan memang tidak bersalah to?). Saking larisnya, kenalan saya menjadi “lupa” pada keluarganya... Ia merantau bahkan sampai luar Jawa... dan menjadi masyur di mana-mana. (Hebat yang kedua: Ketika istrinya melihat bahwa orang-orang Katolik tidak marah, ia justru tergerak untuk mempelajari agama suaminya. Sang istri pun datang kepada ayah saya dan minta dibaptis... Anda tahu? Ayah saya yang menjadi prodiakon dan katekis saat itu terkejut bukan kepalang.... Dan memang benar... sang istri pun dibaptis setahun kemudian, begitu pula dengan anaknya... sementara sang suami entah ada di mana).

Kita perlu mencermati secara bijak fenomena “pendeta” atau “ulama” atau “tokoh agama” karbitan... yang menjadi terkenal karena menjelekkan agama lamanya. Menurut saya, seandainya seseorang memang memilih untuk berganti agama, biarkanlah itu... sejauh itu pilihan hati nuraninya. Tetapi... janganlah ia menjelek-jelekkan agama lamanya... apa pun itu alasannya. Koar-koar tentang praktek-praktek agama lain yang menurut seseorang salah atau kurang baik justru akan memperkeruh suasana, merusak jalinan persaudaraan, merendahkan martabat agama sendiri dan melanggar cinta kasih.

Tahun 1990-an... pernah terjadi ada seorang pendakwah agama lain yang melakukan ceramah di sebuah tempat ibadah di desa saya... Pak Kepala Desa pun hadir beserta jajarannya. Banyak sekali yang hadir dalam ceramah tersebut... bahkan ratusan orang rela berjalan kaki berkilo-kilo meter dari desa lain untuk mendengarkan ceramah dari seseroang yang mengaku bernama Anastasia.. seorang mantan suster biarawati. Rekan saya, Mas Gunawan Handoyo yang sekarang menjadi anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo, sempat merekam ceramah tersebut dengan tape recorder-nya karena rumahnya memang sangat dekat dengan tempat ibadat tersebut. Saya sendiri tidak melihat ceramah itu tetapi saya sempat meminjam rekaman itu dan mendengarkannya.

Apa yang terjadi? Sang “mantan biarawati” melontarkan guyonan-guyonan dan kritik-kritik sinis tentang agama Katolik... tentang tiga Tuhan, tentang orang Katolik yang menyembah patung, tentang puasa dan pantang yang aneh, tentang Yesus... dll. Dia mendapat sambutan antusias dari penggemarnya... Tepuk tangan dan umpatan kepada orang Katolik terdengar membahana (karena acara itu memang disiarkan lewat pengeras suara sehingga dari jarak 3 kilometer pun Anda bisa mendengar... Ingat, ini di pelosok desa tahun 90-an yang belum ada suara sepeda motor...).

Hebatnya... belum juga sampai separo ceramah, lebih dari dua pertiga tempat duduk sudah kosong... para pendengar dari desa saya pada umumnya langsung beranjak pergi... pulang... dan sebagian lainnya langsung menuju rumah keluarga-keluarga Katolik ... sambil menangis... Mereka minta maaf.... Mereka bilang, “Bagaimana saya harus membenci teman-teman Katolik saya? Bagaimana saya harus berpisah dari tetangga-tetangga Katolik yang selama ini menjadi saudara-saudara saya?” Hebatnya... orang-orang Katolik juga bersikap sangat tenang... tetapi keesokan harinya memang tetap diadakan pertemuan di Balai Desa... semua tokoh agama dan masyarakat dikumpulkan... Aparat dari kecamatan, kepolisian dan koramil terlibat mendamaikan. Kesimpulan pertemuan: acara-acara seperti itu harus dilarang karena menciptkan suasana perpecahan...

Cinta lebih kuat daripada perpecahan dan kebencian. Mengapa tidak membiarkan cinta bersemi dalam diri di antara pemeluk agama yang berlainan? Bukankah semua bentuk cinta berasal dari Tuhan yang sama? Mari kita waspada agar kita tidak terjebak pada fenomena “murahan”, yaitu menjadi mashyur karena menebar kebencian. Tebarkan "fenomena cinta" kepada sesama sekalipun mereka berbeda dari kita.

Monday 27 April 2009

QUO VADIS PILEG DAN PILPRES?

Pemilu Legislatif telah terlaksana tanggal 9 April yang lalu. Bagi partai-partai politik peserta pemilu, saat-saat sekarang ini adalah momen untuk melakukan evaluasi dan membuat perencanaan.

Mereka harus melakukan evaluasi untuk melihat apa yang membuat mereka gagal atau berhasil, faktor-faktor apa yang selama masa persiapan dan kampanye telah mereka kesampingkan sehingga berdampak negatif bagi perolehan suara, berapa milyar uang yang telah dibelanjakan untuk kampanye... dsb.

Mereka juga harus membuat perencanaan untuk menghadapi Pilpres bulan Juli nanti. Mereka bertanya tentang perlu tidaknya berkoalisi dengan partai lain. Tidak heran bahwa mereka mulai berhubungan dengan pihak-pihak lain yang selama ini berseberangan dengan mereka...

Saya melihat hal-hal yang "lucu" sekarang ini... namun saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan pihak-pihak atau partai tertentu.

Misalnya: sekarang orang dan partai beramai-ramai menuduh KPU dan Presiden sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kekacauan DPT pada Pilleg bulan April ini. Bagi saya hal ini lumayan lucu... Mengapa? Bukankah mereka juga yang melakukan seleksi, "fit and proper test" kepada para anggota KPU... dan menentukan siapa ketua dan para pejabatnya? Mereka juga yang membuat berbagai peraturan perundang-undangan tentang pemilu... Mereka pula yang melakukan tarik ulur sehingga berbagai kebijakan KPU tidak serta merta berjalan baik karena terjadi tabrakan beberapa peraturan... KPU mengeluh terhadap pemerintah yang tidak serta merta mengucurkan anggaran bagi KPU... Tetapi kita pun maklum bahwa Menteri Keuangan tidak secara gegabah mengeluarkan anggaran itu... karena ada aturan-aturan yang cukup rinci dan bertahap tentang bisa tidaknya suatu anggaran disetujui dan dikucurkan oleh Menteri Keuangan... Siapa juga yang membuat pemerintah harus bolak-balik ke DPR supaya anggaran atas suatu kegiatan negara segera tuntas? Bukankah mereka juga?

Ini juga lucu... beberapa pimpinan partai mengklaim bahwa Presiden harus bertanggung jawab terhadap kecurangan selama Pilleg... Tunggu dulu... kenapa tidak disebut bahwa itu menjadi tanggung jawab Pemerintah? Apakah karena Wakil Presiden-nya sudah melakukan kunjungan silaturahmi dan bersepakat hendak membangun koalisi dengan mereka? Apakah semua semata-mata salahnya sang presiden? Lha wakil presidennya apa juga ngga salah? Eh... bukan maksud saya untuk membela presiden loh... Saya cuma pakai nalar waras saja.

Menurut saya, semua pihak turut andil dalam kekacauan DPT tahun ini... Parpol, DPR, KPU, Pemerintah dan banyak pihak harus menanggung akibat dari rusaknya sistem pemilu legislatif tahun ini. Parpol semestinya selama satu tahun terakhir ini aktif menggerakkan kadernya untuk memantau dan mendesak para petugas pendata penduduk agar data penduduk, DPS dan DPT dapat disusun dari tingkat RT, RW, Kelurahan dst dengan lebih rapi. DPR mestinya juga jangan terlalu berlarut-larut dalam memutuskan apa yang baik untuk kepentingan bangsa. Semestinya "ketidaksukaan" kepada figur tertentu jangan menjadi penutup pintu bagi kerja sama dengan orang-orang lain... Pemerintah, dalam hal ini berbagai departemen yang harus terlibat dalam penyusunan DPT dan anggaran, juga harus bekerja secara proporsional... dan tidak memihak pada salah satu partai atau calon presiden. Sementara itu, KPU harus dapat melakukan koordinasi dengan baik di antara mereka sendiri dan mampu membangun kerja sama dengan berbagai pihak di luar KPU. Komisi ini seharusnya memiliki karakter kepemimpinan yang kuat agar tidak diombang-ambingkan oleh kepentingan pihak-pihak tertentu.

Kita tentu berharap bahwa semua pihak akan tetap menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam menerima keputusan KPU nanti. Kalah atau menang adalah hal biasa dalam pertarungan politik... tetapi siapa pun harus mengedepankan kepentingan publik (kepentingan rakyat) di atas semuanya. Mereka yang menang pun harus mengambil prinsip ini: "Menang tanpa ngasorake".

Saya tidak tahu siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden dan wakil presiden... Saya sendiri memilih untuk tidak terlalu peduli karena tokoh-tokohnya sudah ada di atas pentas... Kita hanya menunggu keputusan mereka saja. Kalau nanti mereka telah menentukan capres dan cawapres, barulah saya akan mengambil sikap... mau memilih atau tidak.

Wah... saya kok jadi "ngombro-ombro" ya? Namanya juga mengeluarkan uneg-uneg... daripada disimpan di dalam hati... nanti kalau meletus ... jadi bau.

Merdeka!!! Independent!!!

(Thomas A. Sutadi)

Tuesday 21 April 2009

DAFTAR LAGU TUGAS KOOR SANTHER MINGGU 10 MEI 2009 PK 7.OO DI KATEDRAL BMV

MINGGU PASKAH V/Th. B
Minggu, 10 Mei 2009 Pk. 7.00 di Katedral BMV


1. Pembuka : PS. 523 Bernyanyilah dengan Senang
2. Kyrie : PS. 353 Tuhan, Kasihanilah Kami / Misa Kita IV
3. Gloria : PS. 354 Kemuliaan/Misa Kita IV
4. Mazmur Tanggapan : PS. 834 Nama Tuhan Hendak Kuwartakan
5. Bait Pengantar Injil : PS. 954 Alleluya
6. Persiapan Persembahan : PS. 365 Yesus T'lah Bersabda (unisono)
7. Sanctus : PS. 393 Kudus/Misa Kita IV
8. Anamnesis : TPE Marilah Mewartakan Harapan Iman Kita/Anamnesis 2
9. Pater Noster : TPE Bapa Kami
10. Pemecahan Roti : PS. 414 Anakdomba Allah/Misa Kita IV
11. Komuni 1 : PS. 429 Ini Tubuh-Ku
12. Komuni 2 : PS. 430 Tuhan Yesus, Kau Hadir Kini
13. Madah Syukur : PS. 661 Andaikan Aku Pahami
14. Penutup/Pengutusan : PS. 525 Mari Bersukacitalah

Latihan koor direncanakan untuk diadakan di rumah keluarga Bapak-Ibu Ispranta pada hari Minggu 3 Mei 2009 pk 19.00-21.00. Seperti biasanya, untuk tugas nanti, kita akan dibantu oleh Organis M. Sheila Gunawan.


Monday 20 April 2009

TUGAS KOOR SANTHER MINGGU PASKAH II/B/2009

Sabtu, 18 April 2009

Koor Santher bertugas di Gereja St Ignatius Loyola - Semplak. Sempat ada kekisruhan karena soal seragam... Seminggu sebelumnya pengurus seragam telah meminta kita untuk memakai seragam Santher dalam tugas karena ini tugas pertama di Semplak dalam Pekan Paskah II. Tetapi rupanya di milis yahoogroups telah ditulis tentang pakaian batik. Saya sendiri tidak membuka email selama beberapa hari sehingga tidak tahu kabar tentang itu... Mungkin kalau di-SMS saya jadi tahu.

Secara umum Koor Santher bertugas dengan baik. Suara Tenor kali ini tidak mengecewakan... Sedangkan suara bas yang hanya terdiri dari 3 orang rupanya sanggup menyaingi suara Tenor. Suara Sopran dan Alto cukup bagus... mereka "nurut" pada aba-aba dirigen. Hujan yang turun dengan sangat deras disertai petir di tengah Perayaan Ekaristi memang sedikit mengganggu konsentrasi kita, apalagi listrik sempat padam satu detik... duh... bisa-bisa nyanyinya cuma "la--la--la--".

Dalam kotbahnya, Romo Monang mengingatkan kembali komitmen kita untuk memercayai dan mengimani Yesus yang bangkit, yang memberi harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Kris, Pak Nur dan Bu Nur selalu setia membantu Koor Santher... semoga mereka tidak bosan dengan Koor Santher... Kehadiran keluarga Pak Nur memompa semangat Koor Santher. Kita juga perlu memikirkan untuk memiliki organis sendiri di masa depan.

Selesai tugas, umat tidak bisa langsung pulang karena hujan masih turun dengan lebat.

Thursday 16 April 2009

PERLUKAH KITA BELAJAR BAHASA LATIN?

Misa PASKAH dalam bahasa Latin

Pada hari Minggu Paskah tanggal 12 April yang lalu saya menonton Perayaan Ekaristi Paskah bersama Bapa Suci Paus Benediktus XVI dari Vatikan melalui siaran Indosiar. Terus terang saya kagum dengan komitmen Indosiar untuk menayangkan upacara ini secara "live" atau langsung. Perayaan Ekaristi tersebut diselenggarakan dalam berbagai bahasa, khususnya Latin dan Itali serta beberapa bahasa asing lain yang digunakan untuk doa umat (Prancis, Jerman, Arab, Portugis, Spanyol, etc.). Yang pasti, sebagian besar lagunya berbahasa Latin.

Di tengah-tengah acara tersebut, saya mendapat SMS dari Sheila, organis koor Exultate. Sheila menanyakan kepada saya di mana kita bisa belajar bahasa Latin. Dia ingin tahu kenapa ucapan kata-kata Latin yang ia dengarkan di TV berbeda dari yang pernah ia dengan di Gereja. (Mungkin Sheila belum tahu bahwa Bapa Suci menggunakan bahasa Itali dalam khotbahnya dan dalam beberapa bagian pidatonya... tentu saja ucapannya berbeda dari bahasa Latin yang pernah didengarnya di gereja.)

Tetapi... menarik bahwa Sheila bertanya kepada saya di mana kita dapat belajar bahasa Latin. Saya jawab bahwa bahasa Latin saat ini hanya dipelajari di seminari-seminari, dan itu pun tidak mendalam... sehingga para calon imam hanya tahu sedikit kulitnya... Ada juga buku-buku tentang bahasa Latin; misalnya Proverbia Latina terbitan Kompas Gramedia karangan Bapak BJ Marwoto (kebetulan beliau adalah paman dari Maxi). Saya cari di internet... dan saya hanya mendapatkan satu orang yang dapat memberikan kursus bahasa Latin... di Jakarta. Hebatnya, orang tersebut adalah seorang Muslim yang sekaligus ahli dalam ilmu keagamaan.... bukan seorang Katolik atau Protestan. Saya menaruh hormat kepada beliau meskipun saya tidak mengenal beliau. Beliau menyadari pentingnya belajar bahasa Latin dan ingin memperkenalkan bahasa kuno tersebut ke banyak orang. Salut! Namanya Bapak Adian Husaini, M.A. dan dalam blog tersebut ditulis bahwa beliau mengajar di Kantor INSISTS Jakarta.

Berikut ini saya copy-paste-kan tulisan beliau dalam blognya. Ada beberapa bagian yang saya tambahkan karena Bapak Adian Husaini mengajarkan bahasa Latin klasik, sedangkan yang banyak kita dengarkan dan gunakan di Gereja adalah bahasa Latin eklesiastik. Silakan baca.

Manfaat Belajar Bahasa Latin

Bahasa Latin adalah bahasa yang sebenarnya sudah sangat akrab dengan kita. Sejak di bangku sekolah menengah (SMP atau SMA), bahkan sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan berbagai istilah dan ungkapan yang berasal dari atau dalam bahasa Latin. Sebagai contoh, ungkapan ora et labora, homo homini lupus, mens sana in corpore sano, veni vidi vici, quo vadis, pro forma, ante meridiem, post meridiem, ante mortem, post mortem, persona non grata, ad hoc, anno domini (A.D.), ad interim, alma mater, dies natalis, cogito ergo sum, cum laude, summa cum laude, ex officio, idem, in absentia, per capita, primus inter pares, versus, vox populi vox dei, bonus, bella, casa blanca, magna carta, dan sebagainya.

Di dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, nama-nama tumbuhan, hewan, juga organ-organ tubuh manusia dan hewan diberikan dalam bahasa Latin.Dulu kita diberitahu oleh guru kita, bahwa nama-nama tumbuhan dan hewan diberikan dalam bahasa Latin, karena bahasa ini sudah mati, tidak berkembang lagi, sehingga nama-nama itu tidak mudah berganti. Penjelasan itu tidak salah, hanya saja, memang bahasa Latin merupakan bahasa ilmiah di dunia Latin Eropa sampai abad ke-19. Ketika itu semua ilmuwan menulis karya ilmiahnya dalam bahasa Latin.

Namun, biasanya para pelajar tidak dikenalkan dengan dasar-dasar bahasa Latin, sehingga tidak jarang ada kesalahan dalam mengucapkan atau memahami maknanya dengan tepat. Padahal, jika dikenalkan dan diajarkan sedikit saja, dasar-dasar bahasa Latin, maka berbagai ungkapan dan istilah dalam bahasa Latin, akan lebih mudah dihafal dan dipahami.

Sebagai contoh, ora et labora diartikan dengan “bekerja sambil berdoa”, padahal arti yang tepat adalah “berdoalah dan bekerjalah”. Kata ora adalah bentuk perintah (imperative) dari kata kerja oro (saya berdoa, dalam, bahasa kamus bahasa Latin, kata kerja dicantumkan dalam bentuk orang pertama, saya). Juga ungkapan “veni vidi vici”, biasanya diucapkan dengan [vini, vidi, vici] (dengan ucapan “C” untuk “cacing”). Padahal, ucapan yang benar menurut ucapat Latin klasik adalah [veni, vidi, viki]. Dalam bahasa Latin klasik, huruf “C” selalu dibaca “K” dalam bahasa Indonesia (“K” untuk “kacang”), seperti kata “casa blanca” harus dibaca [kasa blanka] artinya “rumah putih”, bukan dibaca [casa blanca].

Tetapi memang betul... bahwa dalam bahasa Latin eklesiastik atau bahasa Latin yang digunakan oleh Gereja Katolik, huruf C dan G memiliki ucapan yang sedikit berbeda dari Latin klasik. Dalam Latin eklesiastik, huruf C yang diikuti huruf I, E, AE, OE selalu diucapkan C seperti dalam “cacing”; sedangkan huruf C yang diikuti huruf A, O dan U selalu diucapkan K seperti dalam Latin klasik. Demikian juga dengan huruf G. Dalam Latin eklesiastik, huruf G dibaca J (seperti dalam Jerman) bila diikuti huruf I dan E. Sedangkan bila diikuti A, O dan U, huruf G harus dibaca seperti dalam “garing”, “gado-gado”.

Ungkapan Caius Julius Caesar, Kaisar Romawi, yang terkenal itu (veni, vidi, vici), biasanya diartikan dengan “saya datang, saya melihat, dan saya menang”. Ungkapan ini sebenarnya diberikan dalam bentuk lampau (past tense), yang arti tepatnya ialah “saya telah datang, saya telah melihat, dan saya telah menang.” Dalam bentuk sedang atau (present tense), ungkapan ini seharusnya ialah “venio, video, vinco”, artinya “saya datang, saya melihat, dan saya menang”.

Ini sebenarnya ungkapan yang menggambarkan keperkasaan dan kesombongan Julius Cesar, bahwa ketika berperang melawan raja Pontus, sekitar tahun 47 SM, dia tidak perlu bersusah-payah dalam mengalahkan musuh. Tetapi, cukup hanya datang dan melihat-lihat saja, musuh sudah lari terbirit-birit, ketakutan, sehingga dia menang tanpa berperang. Dalam pertandingan olah raga, ungkapan ini biasanya digunakan untuk memberi semangat kepada tim yang bertanding.

Bagi pelajar IPA atau mahasiswa bisang kedokteran, kedokteran hewan, biologi, dan sebagainya, kata-kata Latin telah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mengetahui dasar-dasar bahasa Latin, maka kita akan melihat, betapa banyaknya nama-nama tumbuhan dan hewan yang telah akrab dengan kita. Misalnya, nama latin dari padi ialah oryza sativa. Dalam bahasa Latin, padi adalah “oryza”.

Dalam dunia kedokteran hewan, dikenal istilah “kadaver” untuk menyebut bangkai binatang. Istilah ini memang berasal dari bahasa Latin “cadaver”. Begitu juga istilah-istilah “os” (tulang), pembuahan “in vivo” (pembuahan di dalam tubuh), dan pembuahan “in vitro” (pembuahan dalam tabung/ di luar tubuh), postmortem (pemeriksaan pasca kematian).Anak-anak sekolah dasar sudah diajarkan tentang jenis-jenis binatang, seperti “herbivora”, “carnivora”, dan “omnivora”. Kata-kata ini juga berasal dari bahasa Latin.

Herbivora berasal dari kata “herba” artinya, “rumput”, dan “voro” artinya “menelan” atau “makan”. Maka, herbivora adalah jenis binatang pemakan rumput. Kata Carnivora berasal dari kata “caro, carnis”, yang artinya “daging”. (bentuk-bentuk perubahan kata benda akan dijelaskan kemudian). Sedangkan kata “omnivora” adalah jenis binatang pemakan semua makanan. Ini berasal dari kata “omnis” yang artinya “semua”.

Bahasa Latin sampai saat ini masih digunakan di lingkungan Vatican. Maka, dalam bidang teologi Kristen, penguasaan bahasa Latin menjadi satu keharusan. Istilah-istilah Latin sudah sangat akrab di telinga banyak orang, seperti frater, pater, pastor, ecclesia, pacem in terris, dan sebagainya. Begitu juga dalam bidang hukum dan politik, banyak sekali istilah-istilah Latin yang perlu dikuasai oleh pakar politik atau praktisi hukum, seperti istilah “pro-justisia” yang sebenarnya “pro-iustitia”, ius-soli, ius sanguinis, pax-americana, res publica, pro forma, novum, in absentia, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, ada baiknya, sedikit banyak mengenal dasar-dasar bahasa Latin, untuk menambah wawasan, atau mungkin untuk mendalami lebih jauh berbagai bidang ilmu pengetahuan. Peminat studi Islam, misalnya, ada baiknya menguasai bahasa Latin, sebab dengan itu, akan dapat membaca karya-karya ilmuwan Barat yang di Zaman Pertengahan ditulis dalam bahasa Latin. Pada tahun 1143, untuk pertama kalinya, orang Barat mengenal al-Quran melalui terjemahan Bahasa Latin yang diterjemahkan oleh Robert of Ketton.

Pada abad ke-13, Ricoldo da Montecroce juga menerjemahkan al-Quran dalam bahasa Latin, yang ia beri judul “Confutatio Alcorani”. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh tokoh Kristen Protestan Martin Luther ke Bahasa Jerman. Pada abad ke-15 juga muncul terjemahan al-Quran oleh John of Segia (m. 1458), yang mengoreksi karya Ketton. Begitu juga bidang sains Islam, perlu dilengkapi dengan pengetahuan bahasa Latin, sebab di Zaman Pertengahan, para ilmuwan Barat banyak menerjemahkan karya-karya ilmuwan Muslim dari bahasa Arab ke bahasa Latin.

Bidang teologi Kristen sulit dipisahkan dari bahasa Latin, karena dokumen-dokumen resmi Vatikan ditulis dalam bahasa Latin.

Di era globalisasi saat ini, dunia pemikiran keagamaan saling berkelindan satu sama lain. Kaum Muslim, Kristen, dan agama-agama lain, sulit menghindarkan diri dari pengaruh pemikiran-pemikiran keagamaan yang berkembang di dunia Barat. Karena itu, bagi peminat sejarah dan perkembangan pemikiran keagamaan, akan lebih bermanfaat jika bisa memahami bahasa Latin.C.W. Valentine, dalam buku “LATIN: Its Place and Value in Education” (London: University of London, 1935), mencatat bahwa Bahasa Latin menjadi dasar penting untuk mempelajari bahasa-bahasa asing lain, yang berbasis bahasa Latin (Romance languages), seperti bahasa Perancis, Italia, atau Spanyol. Bahasa Latin juga menjadi fondasi penting dalam perkembangan bahasa Inggris.

Edwin Lee Johnson dalam bukunya, Latin Words of Common English, (London: D.C. Heath and Company, 1931), menjelaskan dengan terperinci sejarah dan pengaruh bahasa Latin terhadap bahasa Inggris.

Oleh sebab itu, para peminat sastra Inggris, akan sangat baik jika memahami dasar-dasar bahasa Latin, sebab dapat mengetahui asal-muasal dan perkembangan makna suatu kata dengan tepat.

Monday 13 April 2009

SELAMAT PASKAH 2009

PEKAN SUCI DAN PERAYAAN PASKAH

Sebagaimana biasa terjadi setiap tahun, Lingkungan Santa Theresia juga sangat sibuk dengan berbagai kegiatan di sekitar Pekan Suci dan Perayaan Paskah.

Minggu Palma (5 April 2009)
Lingkungan Santher bertugas TTK pada Perayaan Minggu Palma. Untuk tugas ini Pak Totok beserta jajaran pengurus berhasil mengerahkan lebih dari 40 personel warga Santher sehingga perayaan berlangsung dengan tertib, aman dan lancar. Urusan-urusan lain yang biasanya menjadi tanggung jawab Pak Totok, Pak Hadi, Pak Ronny dan kawan-kawan untuk CCTV dll juga lancar.

Malam harinya diadakan latihan koor di rumah Ibu Sri. Latihan ini untuk persiapan tugas Jumat Agung di Semplak dan Minggu Paskah di Katedral. Hampir semua anggota hadir dalam latihan ini.

Kamis Putih (9 April 2009)
Pada Kamis pukul 10.00-13.00 diadakan latihan koor khusus untuk Jumat Agung. Latihan diadakan di rumah Ibu Sri lagi. Latihan berjalan lancar. Beberapa anggota koor tidak dapat hadir karena berbagai tugas. Pak Totok dan Pak Hadi harus mengurus CCTV di gereja Semplak. Bu Ari, yang sedang sakit, terpaksa harus pulang lebih dulu.

Perayaan Ekaristi Kamis Putih di Semplak dimulai pk 18.00. Semua berjalan lancar. Pak Herry Djoko menjadi salah satu rasul yang dicuci kakinya oleh Romo Driyanto.

Jumat Agung (10 April 2009)
Jam 9 pagi ada Upacara Jalan Salib di Semplak.

Jam 15.00 ada Perayaan Jumat Agung. Di sinilah Koor Santher bertugas... a capella. Dengan seragam baju putih dengan dasi merah (untuk Tenor dan Bass) dan korsase merah (untuk Sopran dan Alto), semua bernyanyi dengan merdu... Seperti biasa, Santher juga dibantu Pak Nur, Bu Nur dan Kris. Untuk menyanyikan Passio, tahun ini Imam (Rm Tri Harjono) menjadi tokoh Yesus, Pak Nurwiyono dan Pak Yohanes Agus Suparyanto menjadi pembawa ceritanya. Pak Herry Djoko membawakan Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil.

Secara umum upacara berlangsung dengan lancar. Koor Santher juga bertugas dengan cukup baik... Kalau ada kekurangan sana-sini, itu hal yang biasa...
Upacara berlangsung hingga pukul 17.00.

Sabtu Suci (11 April 2009)
Pada pukul 11.00 Koor Santher berlatih untuk persiapan tugas Minggu Paskah. Latihan diadakan di rumah Bapak Totok. Dalam latihan ini beberapa anggota Exultate yang kita minta bantuannya untuk ikut bertugas juga hadir: drg Cisca, dr Ika, Mas Thomas Gago, Mbak Lia, Ibu Evie and Ibu Herry. Pak Simon (mertuanya Pak Edu) tidak dapat hadir karena sedang tidak enak badan. Latihan berlangsung lancar...

Perayaan Malam Paskah di Semplak berlangsung lancar dan aman, mulai pukul 18.00 hingga sekitar pukul 21.00. Koor Wilayah Semplak berhasil tampil dengan baik. Mereka antara lain menyanyikan lagu Halleluya-nya GF Handel.

Sementara itu, di Katedral, Perayaan Ekaristi malam Paskah diadakan dua kali. Misa pertama dimulai pukul 17.00 dan dipimpin oleh Bapak Uskup didampingi Rm DS. Tukiyo dan Rm Sutanto. Koor yang bertugas adalah Koor BMV (koor Paroki). Misa berlangsung lancar... ada 5 orang yang dibaptis dalam misa pertama. Ekaristi berlangsung hingga pukul 20 ... dan ini membuat kemacetan terjadi sebelum misa ke dua yang akan dimulai pukul 20.30.

Minggu Paskah (12 April 2009)
Koor Santher bertugas dalam Misa Minggu Paskah pukul 7.00 di Katedral BMV. Dibantu oleh beberapa orang dari Exultate dan Sheila sebagai organis, Koor Santher dapat melayani Ekaristi dengan lancar.

Masih ada kekurangan di sana-sini... karena kita memang belum pernah berlatih bersama organis... Jadi, wajar kalau ada kekurangan. Dalam tugas ini, suara Tenor juga beberapa kali masih kedodoran... mungkin karena teksnya terselip entah di mana... Bagaimana pun, tugas telah terlaksana...

Terima kasih kita sampaikan kepada Sheila (organis), Pak Simon (ketua Exultate), Mas Gago, Ibu Evie, Ibu Heri, Mbak Lia, dr Ika dan drg Cisca atas bantuan mereka.

Selamat Paskah untuk Umat Lingkungan Santa Theresia Bogor Raya Permai.
Christus vincit, Christus regnat, Christus imperat.
Tuhan memberkati...