Wednesday 14 January 2009

Tingkatkan Spiritual Dengan CatholicGoogle

Email dari Pak Wisnu (12 Januari 2009 pk. 09:09)
Berita dari
http://mirifica. net/artDetail. php?aid=5508 mengutip [Okezone 5/1/09]

Situs terkemuka Google, baru-baru ini menghadirkan kembali layanannya. CatholicGoogle, sebuah layanan yang memang ditujukan untuk umat Katolik saja.

Google merilis mesin pencari khusus umat Katolik. Layanan yang diberi nama CatholicGoogle, memudahkan umat Katolik taat untuk mencari segala berita yang berhubungan dengan Agama Kristen Katolik.

Seperti yang dilansir TechCruch, Senin (5/2/2009), situs ini memang termasuk layanan rohani. Layanan ini sekaligus untuk mengontrol konten-konten yang mengandung pornografi atau seks, yang mungkin saja terbawa saat seseorang mencari artikel yang berkaitan dengan ajaran Katolik.

Mesin pencari yang khusus dibuat untuk pekerja dianggap kurang maksimal. Sebagai contoh, jika anda memasukan kata 'seks' atau 'drunk', maka yang hadir adalah kata yang berkaitan dengan penyimpangan yang ada kaitannya dengan Katolik. Jadi, agar seimbang, disarankan lebih baik menambahkan kata 'Catholic'.

Layanan ini mungkin ingin mengikuti jejak GodTube, situs video YouTube yang ditujukan untuk Umat Nasrani. (srn)

SELAMAT JALAN PAK SITUMORANG


SABTU, 10 JANUARI 2009
Sabtu pagi, sekitar pk. 9.30, saya, Panda dan Maxi hendak berangkat ke rumah Bapak & Ibu Floor Sutrisno di Cimanggu karena mereka sedang merayakan 40 tahun perkawinan. Baru saja saya masuk mobil, Ibu Ida bergegas menuju mobil kami dan memberi tahu bahwa Bapak Situmorang berada dalam keadaan kritis di rumah sakit Mitra Internasional Jatinegara...

Kami berdua kaget karena selama beberapa waktu ini memang tidak ada kabar yang kami terima tentang Bapak Situmorang. Setiap kali saya lewat di depan rumahnya, tidak ada orang di dalam. Saya hanya berpikir bahwa keluarga Bapak Situmorang, terutama Olga dan adik-adiknya, sedang berlibur di Jakarta.

Saya melihat wajah serius Ibu Ida... dan dengan mata berkaca-kaca beliau meminta doa-doa kita umat Santa Theresia bagi Bapak Situmorang. Segera setelah kami berangkat, Maxi pun segera mengirim beberapa SMS ke rekan-rekan Santher: Pak Jack, Pak Hadi, Bu Ratna, Pak Eddy Bambang, Ibu Basuki, Ibu Adjeng, dll. Tetapi karena kami harus mengikuti misa di Cimanggu tersebut dan melanjutkan pekerjaan kami, kami tidak bisa memantau perkembangan berikutnya. Menurut cerita yang saya dengar dari Ibu Erma, tetangga kami yang rumahnya di seberang Pak Situ, Ibu Ida sempat memberi tahu Ibu Fransiskus Ferry tentang keadaan Bapak Situmorang...

Saya memimpin latihan koor Exultate di Katedral hingga sektiar pk. 21.30 dan tiba di rumah sekitar pk. 22.00. Ternyata ketika saya berada di Katedral sebelumnya, beberapa sahabat Santher di bawah koordinasi Pak Totok telah berinisiatif untuk menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan... Pak Totok, Pak Nobo, Pak Ronny dan Pak Jack berangkat ke RSMI dalam dua mobil berbeda untuk menemani Ibu Ida dan keluarga, sementara Pak Hadi dan Pak Fendy berjaga-jaga di Bogor Raya Permai.

Sekitar jam 22.10 saya menerima SMS dari Pak Hadi yang memberi tahu bahwa kondisi Bapak Situmorang sangat kritis dan umat Santher dihimbau untuk berdoa bersama kendati dilakukan di rumah masing-masing. Saya dan Maxi juga mendapat SMS dari Pak Totok tentang keadaan Pak Situ. Pada pukul 23.40 saya menerima SMS dari Pak Totok yang berisi pemberitahuan bahwa Pak Situ sudah tiada... Siapa pun pasti terhenyak... tidak percaya...

Kontak dengan rekan-rekan Santher lewat telepon dan SMS sangat intens... malam itu dan dalam hitungan menit... sebagian besar kepala keluarga Santher telah hadir di rumah Bapak Situmorang... Pak Fendy, Pak Hadi Karyono dan Pak Hendra Tanamas dengan cekatan mengarahkan kita semua untuk bergerak: membersihkan lingkungan dalam rumah, meminjam tenda dan kursi di masjid Baitussalam, mencari bambu, memasang kursi dan tenda, dan mengatur berbagai hal. Ibu-ibu Santher pun ... Bu Ari, Maxi, Bu Ispranta dan lain-lain tidak ketinggalan untuk terlibat: membereskan ruangan, membersihkan ruang utama, menyingkirkan jemuran-jemuran dll....

MINGGU, 11 JANUARI 2009
Sekitar pukul 01.30 tenda dan kursi telah diatur dengan rapi... Saya terkagum-kagum dengan gerak cepat rekan-rekan Santa Theresia.... dan ketika semua telah siap... sejauh yang bisa kita siapkan, kita pun menunggu kedatangan keluarga dan jenazah. Adik, sepupu dan saudara-saudara Pak Situ pun satu persatu mulai berdatangan....

Sekitar pukul 2.30, Ibu Ida beserta anak-anak dan ibunda Bapak Situmorang tiba di rumah... suasananya sangat mengharukan... Ibu Ida terlihat tegar... sementara ibunda Bapak Situmorang menangis... kita dapat memahami dan merasakan kesedihan mereka semua.

Sekitar pukul 3.30 jenazah Bapak Situmorang tiba. Suasana haru sangat terasa. Kita benar-benar sedih melihat sahabat kita dibaringkan di rumahnya.
Satu setengah bulan yang lalu kita masih bisa mendengar canda tawanya... Waktu itu kita masih bisa menyaksikan semangatnya untuk bernyanyi... kini ia terbujur kaku di situ.

Sekitar pukul 4.00 Pak Hendra Tanamas atas nama lingkungan Santa Theresia menyambut jenazah Bapak Situmorang (Ketua Lingkungan Santa Theresia) dan memimpin doa bersama untuk almarhum dan keluarganya. Sesudah itu, kita serahkan segala persiapan lain kepada keluarga besar Bapak Situmorang... mengingat akan ada pertemuan-pertemuan keluarga seturut kebiasaan dan adat mereka (Batak). Kita pun pulang ke rumah masing-masing.

Karena saya tidak tidur, saya dapat menyaksikan betapa banyak orang yang datang untuk menyampaikan bela sungkawa... dari pagi jumlahnya tidak terhitung... Melihat hal itu saya sudah yakin bahwa Pak Situ memang bukan orang biasa...

Selanjutnya saya tidak tahu persis apa yang terjadi karena pada jam 7 pagi saya harus memimpin tugas koor Exultate di Katedral. Jam 10-an saya dan Maxi harus ke Jakarta karena ikut serta dalam acara keluarga (kondangan). Dan ketika pulang... ada kabar bahwa kakak ipar saya masuk rumah sakit... kena DB... Jadi, saya tidak bisa segera pulang.

Tetapi yang jelas, sesuai rencara, pukul 8 pagi diadakan Ibadat Sabda. Umat Santa Theresia sekali lagi berkumpul untuk berdoa... Sebagian dari kita yang malam sebelumnya tidak dapat hadir... pagi ini hadir untuk memberikan hormat dan doa bagi Pak Situ dan keluarga.

Ketika saya pulang sore hari, jalan-jalan di sekitar rumah Pak Situ penuh dengan kendaraan... saya pun harus memarkir mobil di depan rumah Pak Basuki... dan harus berjalan kaki ke rumah... Orang-orang hilir mudik, datang dan pergi, dari dan ke rumah Bapak Situ... Melihat hal seperti ini, saya hanya punya satu kalimat: Pak Situ adalah orang yang sangat dikenal dan dicintai banyak orang. Selama ini kita yang ada di Santher barangkali hanya mengenal beliau sebagai ketua lingkungan... kita memang tahu beliau sangat aktif di kegiatan-kegiatan partai politik dan organisasi-organisasi lainnya, namun kita tidak tahu secara lebih terperinci tentang aktivitas beliau... Tetapi melihat kenyataan begitu banyaknya orang yang melawat jenazahnya, kita tidak dapat memungkiri bahwa beliau adalah orang yang sangat hebat namun “low profile”... rendah hati...

Minggu malam sekitar pukul 19.15 diadakan doa rosario bersama yang dipimpin oleh Bapak Hadi Karyono. Ruangan bagian dalam dipenuhi oleh umat Santher... dan rupanya banyak dari umat yang terpaksa tidak dapat masuk... Ibunda Bapak Situmorang sempat meminta kita untuk menyanyikan sekali lagi lagu PS. 715 “Jikalau Gandum”. Seingat saya, Bapak Situ sangat menyukai lagu itu... mungkin juga karena lagu tersebut dibuat dalam lokakarya komposisi PML di Keuskupan Agung Medan... dan ada gaya khas Batak di dalamnya... Kita sendiri menyukai lagu itu... Pak Heri yang sudah lama tidak terlibat di Koor Santher karena kesibukan tugas-tugasnya pun masih ingat betul lagu itu... Sementara itu, di luar rumah, diadakan pertemuan adat... kedua kegiatan itu berlangsung lancar... Di akhir doa bersama, salah satu wakil keluarga menyampaikan ucapan terima kasih dan memberi tahu kita tentang aktivitas Bapak Situ dalam partai politik, PMKRI di Sumatera Utara dan PMKRI Pusat serta kedekatan Pak Situ dengan para uskup, terutama di Sumatra Utara. Ibu Ida juga memohonkan maaf atas kesalahan-kesalahan Bapak Situ selama memimpin Lingkungan Santa Theresia.

Malam makin larut... rumah Pak Situ masih dikunjungi banyak pelayat dan keluarga...

SENIN, 12 JANUARI 2009
Pagi hari, Bapak Kaston Situmorang –adik Pak Situ—menemui saya untuk minta tolong mencarikan informasi tentang video shooting. Ya... keluarga memerlukannya untuk mengabadikan acara adat yang akan diselenggarakan sekitar pk. 10.00-13.00. Saya dan Maxi menelpon beberapa orang dan beberapa tempat yang biasa melayani permintaan video shooting... namun kami tidak berhasil. Untunglah akhirnya Pak Kaston mengirim SMS bahwa keluarga telah berhasil mendapatkannya.

Saya dan sebagian besar umat Santher tidak mengikuti acara adat ini. Kebanyakan dari kita berangkat kerja supaya pada siang-sorenya kita bisa mendapatkan izin dari kantor untuk dapat mengikuti Misa Requiem bagi Pak Situ. Namun saya tahu pasti... Pak Totok, Pak Hadi, Pak Jack, Pak Nobo dan lain-lain saling berkoordinasi agar pelaksanaan misa requiem nantinya dapat berjalan baik.

Pukul 14.00 diadakan Misa Requiem di Gereja Santo Ignatius Loyola di Wilayah Santo Petrus Semplak. Hujan dan gerimis tidak menyurutkan kemauan banyak orang untuk mengikuti misa tersebut. Gereja penuh. Bangku koor penuh juga dengan warga Santher... semua ingin terlibat. Misa dipersembahkan oleh Romo Agustinus Adi Indiantono dari Wisma Keuskupan Bogor. Putri Pak Situ, yaitu Olga, menjadi lektris... Ini pengalaman luar biasa baginya karena Olga memang sedang belajar menjadi lektris dan ia pernah mengutarakan keinginannya kepada salah seorang pengurus lingkungan bahwa suatu saat ia ingin menjadi lektor di hadapan ayahnya. Walaupun dalam suasana kesedihan, keinginan Olga terwujud... Kita sangat terharu akan hal ini.

Dalam khotbahnya, Romo Adi menggarisbawahi soal iman akan Tuhan... kita percaya bahwa kematian adalah pintu menuju kepada persatuan dengan Allah secara kekal dan bahagia... Kita percaya bahwa Pak Situ akan dipersatukan dengan Yesus yang selama ini dicintai dan dibelanya... dengan jiwa raganya.

Sekitar pukul 15.20, jenazah Bapak Parulian Fransiskus Situmorang dibawa dengan mobil amulance, didahului oleh mobil polisi dan diikuti puluhan kendaraan para pelayat dan keluarga menuju Pemakaman Gunung Gadung, Cipaku, Bogor.

Upacara pemakaman dipimpin oleh Bapak Hendra Tanamas, prodiakon lingkungan Santa Theresia.

SELAMAT JALAN
Bapak Parulian Fransiskus Situmorang,
Bapak sudah meninggalkan banyak jasa bagi kami.
Bapak sudah meninggalkan banyak kenangan bagi kami:
Sikap rendah hati, low profile, spontan, apa adanya, jujur, blak-blakan, rela berkorban... semua menjadi teladan bagi kami.
Selamat jalan... Requiescat in pace.
Dan ketika Bapak sudah mencapat Firdaus abadi..., jangan lupa untuk mendoakan kami yang masih ada di dunia fana ini...

Tuhan meneguhkan dan menghibur Ibu Ida, Olga, Tasya, Christian dan Ibunda Pak Situ serta adik-adik dan sanak saudaranya.

(Thomas A. Sutadi)

RIP: BAPAK PARULIAN FRANSISKUS SITUMORANG

Email dari Mas Totok yang dikirim ke milis santher@yahoogroup hari Minggu pagi 11 Januari 2009:

lurs,
setelah bbrp kanker hati yg sdh menyebar ke paru2 dan juga hingga pembuluh darah, akhirnya pak situ kembali ke pangkuan Bapa terkasih tepat pukul 23.31 keluarga, handai tolan, temen2 kerja, dan juga sebagian warga santher menerima info resmi dari pihak RSMI, bahwa pak situ telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini.

terlalu cepat terasa....tapi beliau telah menyelesaikannya dg bangga dan berhasil.
dan saat ini beliau telah sembuh. kesembuhan abadi.
keluarga menerima dg tabah...
bu ida....luar biasa tegar.
olga...teruskan semangat papa dan temani mama.
selamat jalan sobat.
emailmu segera kami hapus dr milis,
tp kami percaya engkau selalu bisa membaca email2 di sini
salam
tok

Email berikutnya:

1. malam ini ada rosario bersama di rumah duka jam 19.00
2. besok pagi jam 9-12 upacara adat (batak)
3. setelah itu pak situ akan dibawa ke gereja semplak jam 14.00 misa requiem dipimpin oleh rm. adi. dan selanjutnya akan menuju rumah abadi di gn. gadung.

demikian up date yg bs disampaikan
salam
tok

Monday 5 January 2009

BUDGET KOOR SANTHER UNTUK FESTIVAL


Salam sejahtera,

Ini adalah laporan pertanggungjawaban keuangan Koor Santher untuk Festival Paduan Suara Lingkungan 6 Desember 2008. Ada sisa anggaran yang diusulkan menjadi uang kas Koor Santher. Selain itu ada pemikiran untuk menyediakan dana khusus bagi Koor Santher... Dana khusus itu dapat dikumpulkan oleh umat yang terlibat dalam Koor Santher... misalnya setelah tugas di gereja... anggota mengumpulkan sejumlah uang... tidak ditentukan jumlahnya... untuk kas Koor Santher. Uang itu nantinya akan digunakan untuk keperluan pembuatan seragam, pembelian buku-buku lagu dan koor, fotokopi teks lagu dan biaya perlengkapan-perlengkapan lainnya. Tentu saja pengurus lingkungan akan memikirkan kebutuhan koor ini karena kegiatan koor ini menjadi bagian dari kegiatan lingkungan... dan koor ini adalah miliki lingkungan. Salut dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menghidupkan Koor Santher.

Salam,

Administrasi Santher...

SELAMAT TAHUN BARU 2009


Empat hari sudah lewat dari akhir tahun 2008. Kita berada di tahun baru 2009. Melalui media ini saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2009. Kita percaya bahwa kehadiran Tuhan Yesus dalam peristiwa Natal-Nya akan menguatkan iman, harapan, dan kasih kita kepada Tuhan di tahun baru ini. Kita selalu percaya bahwa Yesus selalu hadir dan menyertai langkah hidup kita di tahun 2009 ini. Semoga umat lingkungan Santa Theresia Bogor Raya Permai diteguhkan oleh kehadiran dan karya-Nya sehingga lingkungan kita menjadi lingkungan yang hidup...

Kita memasuki tahun 2009 ini dengan kecemasan. Krisis ekonomi di Amerika ternyata merembet juga ke negara kita. Ribuan orang telah mengalami PHK dan ribuan yang lain belum tentu nasibnya. Sementara itu, para pengusaha juga mengalami kesulitan likuiditas, bahan baku, dan pangsa pasar. Hampir tidak ada yang 100% tenang... Di mana-mana orang juga mengeluh tentang tingginya harga-harga, sulitnya mendapatkan bahan makanan, bahan bakar (minyak tanah, bensin, solar, dll) dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Para sarjana dan lulusan SMA pun kalang kabut mencari pekerjaan... bahkan seandainya tersedia lowongan pun, persaingan mendapatkan pekerjaan itu begitu ketat...

Ada yang bertanya: apa yang dapat diperbuat oleh Gereja? Untuk umat Santher, barangkali pertanyaannya menjadi: apa yang dapat diperbuat oleh umat Santher untuk membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi, pekerjaan dan lain-lain? (Barangkali ada asumsi bahwa keadaan ekonomi dan pekerjaan kita jauh lebih baik daripada mereka di luar umat Santher...). Masalahnya adalah... kita, atau setidak-tidaknya beberapa dari kita (termasuk saya..he..he..) juga menjadi bagian dari para “penderita” krisis ekonomi itu. Jadi, bagaimana kita bisa memberi makan orang lain kalau kita sendiri tidak punya makanan... bagaimana kita bisa memberi pekerjaan pada para pencari kerja kalau kita sendiri tidak mampu menyediakan lowongan pekerjaan buat mereka... Atau.. bagaimana kita dapat membantu orang lain mendapatkan minyak tanah sedangkan kita sendiri tidak punya minyak tanah?

Saya jadi ingat akan kata-kata Tuhan Yesus ketika Ia bersama murid-murid-Nya berada di bait Allah pada suatu hari. Saat itu ada seorang janda miskin yang memberikan derma... Jumlahnya yang hanya dua peser jauh lebih sedikit daripada derma orang-orang farisi dan ahli kitab di situ. Tetapi, yang menarik, adalah kata-kata Tuhan, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.” He..he.. Ini tentu aneh... tidak masuk akal... katakanlah kalau saya menyumbang Rp 5.000, dan Anda menyumbang Rp 100.000, tentu jumlah uang Anda lebih banyak daripada jumlah uang yang saya sumbangkan. Rupa-rupanya jalan pikiran Tuhan berbeda. Karena itu, Tuhan menyambung, “...Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.(Secara lengkap silakan baca Luk 21:1-4 atau Mrk 12:41-44).

Seperti sebagian dari Anda, saya juga bukan ahli kitab atau ahli tafsir alkitab... tetapi rasa-rasanya kita dapat belajar dari perkataan Tuhan Yesus. Di saat-saat banyak orang membutuhkan bantuan kita... bahkan di saat-saat kita sendiri mengalami kekurangan, kita seharusnya masih dapat berpikir tentang orang lain... tentang kebutuhan orang lain... tentang penderitaan orang lain... tentang kecemasan orang lain... Dengan begitu kita tidak menjadi egois atau hanya mementingkan diri sendiri. Ini tentu tidak mudah... tetapi sebagai pengikut Yesus, rasa-rasanya kita memang harus memiliki sikap solidaritas kepada sesama, khususnya yang jauh lebih miskin dan menderita daripada kita. Bahkan seandainya kita sendiri secara ekonomi adalah orang miskin dan menderita... kita tetap harus ikut memikirkan orang lain... Mungkin itulah yang Tuhan sebut sebagai “memberi dari kekurangan”.. dan itulah yang menurut Tuhan adalah hal terbaik.

Memang tidak semua hal dapat kita tangani, namun itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa. Perang antara Israel dan Palestina, misalnya, tidak dapat kita atasi dengan kekuatan kita. Kita mungkin hanya prihatin karena ratusan orang mati terbunuh oleh senjata dan ribuan lainnya terluka serta kehilangan segalanya. Ribuan umat Katolik dan Kristen di sana juga ikut menjadi korban... Lalu apa yang dapat kita lakukan? Kemarin juga ada berita bahwa di Manokwari dan daerah lain di Papua Barat terjadi gempa bumi... beberapa orang meninggal dan ratusan lainnya terluka... Apa yang dapat kita perbuat? Ada perompakan kapal-kapal laut di perairan Somalia… mau jadi superman dan berangkat ke sana untuk memberantas para bajak laut…?

Berdoalah! Sepertinya ini adalah cara pertama kita untuk dapat ikut terlibat secara rohani supaya perdamaian bisa terwujud di Palestina, supaya para korban gempa di Papua dapat tertolong, supaya para pengusaha memperoleh cara untuk menyelamatkan para karyawannya, supaya para pencari kerja memperoleh pekerjaannya, supaya yang kekurangan makan mendapatkan rezeki dambaannya, dan sebagainya... Berdoa… Tuhan mengajar kita untuk tidak meremehkan doa. Bahkan Santo Paulus mengajak kita untuk berdoa tanpa putus…

Namun kiranya kita perlu juga berkorban dengan cara lain seperti janda miskin itu: berderma... seberapa pun... Syukur bila kita punya rezeki melimpah... Jika kita juga semiskin janda itu atau lebih miskin dari janda itu, kita masih dapat membagikan sedikit dari apa yang kita punyai. Yang penting pula adalah bagaimana kita dapat menyalurkan bantuan-bantuan itu. Ada baiknya kita mempercayakan bantuan dan derma kita kepada lembaga-lembaga terpercaya... berderma di gereja kita dapat menjadi salah satu cara karena Gereja Katolik selama ini cukup bertanggung jawab dalam pengelolaan kekuangan. Kita juga dapat menyalurkan derma melalui lembaga-lembaga lain sesuai hati nurani kita.

Akhirnya, yang juga tidak kalah penting, kita perlu mengubah sikap hidup kita... Jika selama ini kita boros, sekaranglah waktunya untuk memulai hidup hemat. Jika selama ini kita tidak menghargai makanan yang disajikan di meja makan, sekaranglah waktunya untuk menghargainya dengan menyantapnya dalam rasa syukur... tidak membuangnya secara sia-sia. Jika selama ini kita tidak bekerja dengan baik di kantor atau lembaga kita, sekaranglah waktunya untuk memulai bekerja dengan lebih serius dan lebih baik... Jika selama ini kita lebih suka memelihara dendam dan permusuhan terhadap tetangga kita, sekaranglah waktunya untuk mengakhiri semua itu dan membangun sikap damai yang baru... dan seterusnya.

Dalam kecemasan itu kita masih dapat berharap bahwa kehidupan akan menjadi lebih baik di tahun baru ini. Semoga Pak Situmorang segera sembuh dan pulih seperti sedia kala… agar beliau dapat berkarya lagi. Semoga anak-anak kita yang duduk di bangku sekolah selalu sehat dan dapat belajar dengan giat… Semoga mbak Vina yang sering sakit juga memperoleh kesembuhan segera agar ia dapat ikut koor Santher lagi… Semoga Pak Totok dan Pak Nobo yang menjadi pilar kepengurusan Santher dan membantu Bapak Situmorang senantiasa dibimbing Roh Kudus menggembalakan kita semua umat Santher… Kehadiran Tuhan akan selalu kita rasakan dan alami. Kiranya Tuhan akan menguatkan langkah kita menapaki jalan panjang di hari-hari di tahun ini.

Selamat Tahun Baru. Tuhan Yesus memberkati.

Thomas A. Sutadi