Pada hari Minggu 2 Oktober 2016 yang lalu Komisi Liturgi (Komlit) Keuskupan Bogor menyelenggarakan Sarasehan Musik Liturgi
bagi para wakil praktisi musik liturgi
paroki-paroki Keuskupan Bogor di Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Jl
Kapten Muslihat 22 Bogor. Lebih dari 200
orang, termasuk 3 orang dari Lingkungan Santa Theresia Bogor Raya Permai, menghadiri
acara ini.
Acara dimulai pukul 9.00 dengan Ibadat Pembuka yang dipimpin
oleh Bapak Thomas Suhardjono dari Komlit Keuskupan Bogor, dilanjutkan dengan Kata Pengantar dari Kuria Keuskupan yang disampaikan
oleh Vicaris Iudicialis Keuskupan, RD. Yohanes Driyanto. Dalam kata
pengantarnya, Romo Dri menggarisbawahi keharusan ketaatan para praktisi musik liturgi pada ritus dan pedoman yang telah
digariskan oleh Gereja.
Pada Sesi Pertama, Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Bogor,
RD. Fabianus Heatubun, menyampaikan paparan tentang Identitas Musik Gereja
Katolik. Secara umum beliau mengatakan bahwa musik liturgi Gereja Katolik adalah
musik yang sakral, dan musik untuk berdoa, dan
nyanyian Gregorian serta polyphony Palestrina merupakan bentuk musik liturgi ideal dalam Gereja Katolik. Tanpa mengabaikan musik dan nyanyian dalam berbagai jenis dan bahasa yang telah
dan akan digubah, Romo Fabie menghendaki agar nyanyian Gregorian digali dan
dihidupkan kembali di Keuskupan Bogor sebab nyanyian Gregorian memang menjadi
ciri khas
dan identitas musik liturgi Gereja Katolik.
Sesi Kedua dibawakan oleh Bapak Tarcius Marhadi. Beliau
memaparkan perbedaan antara Musik Liturgi dan Musik Rohani. Bahan diskusi
diambil dari video yang diterbitkan oleh Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta
dan sejumlah lagu yang telah beredar luas dalam gereja-gereja. Pada sesi ini
para peserta bekerja dalam kelompok dan pada akhir sesi semua sepakat dalam
menilai lagu-lagu yang dibagikan sebagai bahan diskusi.
Sesi terakhir dibawakan oleh Bapak Thomas Sutadi. Beliau
membantu peserta dalam merancang dan memilih lagu-lagu untuk misa pada hari
Minggu dan Hari Raya. Karena waktu tidak mencukupi, pembahasan tentang
pemilihan lagu-lagu misa perkawinan belum dapat disampaikan.
Para peserta rupa-rupanya betah mengikuti seluruh
rangkaian acara yang
berakhir sekitar pukul 16.15. Banyaknya pertanyaan yang
muncul menandakan bahwa para praktisi musik liturgi di semua paroki membutuhkan
tempat untuk berbagi pengalaman, berbagi cerita, dan berbagi solusi. Bagi Ibu Sri Thehamihardja, Ibu Yeni Adyani Prihadi, dan
Ibu Valeria Andani yang mewakili Koor Lingkungan Santher, sarasehan ini sangat
berguna. Semoga apa yang didengarkan, dipelajari dan didiskusikan dalam
sarasehan ini dapat dibagikan kepada rekan-rekan koor dan umat Lingkungan Santa Theresia
Bogor Raya Permai.
No comments:
Post a Comment