Tidak lama sesudah diangkat sebagai Pastor Paroki St
Ignatius Loyola Semplak, Romo Antonius Dwi Haryanto menghendaki agar di gereja
St Ignatius Loyola diadakan misa-misa dalam bahasa Latin dengan diiringi
nyanyian-nyanyian Gregorian dalam bahasa Latin. Bagi sebagian besar praktisi
liturgi dan music liturgi paroki, ini menjadi merupakan tantangan serius dan berat.
Tujuan diselenggarakannya misa tersebut antara lain
adalah untuk memelihara, merawat dan mengembangkan Tradisi Liturgi Ritus
Romawi. Nyanyian Gregorian dipilih karena nyanyian ini adalah nyanyian khas
Gereja Katolik Ritus Romawi. Untuk ini Pengurus Bidang Liturgi, khususnya Seksi
Musik Liturgi, membuat buku pedoman dan Ordo Missae (Tata Perayaan
Ekaristi)-nya dengan mencontoh apa yang telah dikerjakan oleh Seksi Liturgi
Paroki Katedral Bogor.
Dalam satu tahun biasanya dijadwalkan dua sampai tiga
kali misa khusus tersebut. Sejak tahun 2017, sudah beberapa kali Kor Santher
bertugas dalam bisa berbahasa Latin dengan lagu-lagu Gregorian berbahasa Latin
di Gereja St Ignatius Loyola Semplak. Semua dapat dijalani dengan lancer.
Sedangkan di Katedral BMV, sejak tahun 2010 setiap dua
bulan sekali ada misa seperti ini. Sejak tahun 2013 Kor Santher sudah beberapa
kali bertugas dalam misa seperti ini di Katedral. Kor Santher adalah
satu-satunya kor lingkungan di luar Paroki BMV yang secara rutin bertugas dalam
misa berbahasa Latin dengan nyanyian Gregorian di Katedral BMV.
Pada hari Minggu, 26 Agustus 2018 yang lalu, Kor Santher juga bertugas di Gereja
St Ignatius Loyola Semplak dalam misa berbahasa Latin dengan nyanyian Gregorian
pada misa pk 8.30. Dengan jumlah penyanyi hanya 15 orang, ditambah satu dirigen
dan satu organis, kor dapat bertugas dengan lancar. Puji Tuhan. Kelancaran itu
dapat dicapai lewat latihan rutin dan sungguh-sunggh.
Meskipun hanya unisono atau satu suara, lagu-lagu
Gregorian selalu memerlukan waktu dan perhatian yang lebih agar dirigen,
pengiring dan anggota kor dapat menguasainya. Selama ini Kor Santher
menggunakan nyanyian dari sumber-sumber resmi seperti Graduale Romanum,
Graduale Simplex, Lux et Origo dan Puji Syukur. Untuk mempermudah latihan,
sejumlah nyanyian terpaksa harus ditransposisikan dari not Gregorian ke dalam
not angka. Namun ada beberap anggota yang lebih suka menggunakan not asli
Gregorian yang bagi mereka lebih mudah.
Biasanya, Bp Edward Purwonugroho akan
membagikan teks-teks nyanyian, khususnya proprium, lalu Ibu Yeni, dirigen Kor
Santher,akan merekam suara sendiri saat menyanyikan lagu-lagu Proprium tersebut
dan menyebarkanluaskan rekaman itu dalam grup WA Kor Lingkungan Santa Theresia
Bogor Raya Permai. Semua anggota mendengarkannya, melatihnya sendiri di rumah,
dan pada saat berlatih bersama, dirigen atau pelatih tinggal memoles penguasaan
lagunya supaya terdengar memiliki “cengkok” atau gaya Gregorian.
Semoga Kor Santher dapat terus melayani dengan semangat
yang menyala-nyala. Ad maiorem Dei gloriam.
No comments:
Post a Comment