“BERJALAN
BERSAMA MENUJU BETLEHEM (Bdk Luk 2:15) DAN MENGGEMBALAKAN DOMBA-DOMBANYA” (Bdk Yoh
21:)
1. Para
imam diosesan, imam tarekat, bruder-suster, bapak-ibu, orang muda, serta
anak-anaksekeuskupan Bogor terkasih!
Memasuki perayaan Natal
2019, Saya menjumpai
saudara-saudari sekalian dengan
sukacita injili dan menyampaikan: “Selamat Merayakan Natal” dan “Selamat
memulai siklus baru kehidupan kita, Tahun Baru penuh rahmat 2020”. “Semoga
Damai Natal memenuhi hati kita semua”.
Kita
sudah melewati masa “khairos” 2019. Masa
penuh rahmat itu
ditandai secara khusus oleh
suatu peristiwa bersejarah
yang mewujudkan komitmen
kita semua untuk hidup
ber-“sukacita sebagai communio injili
yang peduli, cinta
alam dan missioner”. Gagasan
iman untuk hidup ber-sukacita sebagai communio
injili yang peduli, cinta alam dan missioner
diinkarnasikan atau diragakan
dalam peristiwa Sinode
II Keuskupan sepanjang tahun
2019. Sinode itu dilaksanakan di tingkat
paroki, dekanat dan keuskupan. Selain pada
tingkat-tingkat itu, ada
pula sinode dilaksanakan di tingkat lingkungan ataupun
Komisi seperti Komisi
Keluarga dan komisi
Pendidikan. Gereja Mahasiswa dan
Kongregasi SFS tidak ketinggalan
menyumbangkan gegap gempita
kita bersinode. Puncak Sinode di tingkat keuskupan berlangsung pada
tanggal 5-7 Desember 2019. Racikan acara
berwarna sukacita bersaudara,
tilikan eklesiologis aktual, doa meditatif-kontemplatif, serta nuansa
budaya Nusantara dan
perhatian ekologis menyertai
perjalanan bersama kita.
2. Para saudara
sekalian! Sinode II
yang kita laksanakan sesungguhnya
dilakukan untuk menakar kesetiaan
kita pada pribadi
Yesus Kristus, yang lahir
di kandang Betlehem (Bdk. Luk 2:1-7). Dia diutus Allah
Bapa dalam persekutuan
Roh Kudus untuk
melaksanakan karya menyelamatkan umat manusia dan
alam semesta ini. Sinode
mesti memperkuat ikatan rasa,
budi dan tindakan
kita dengan Yesus
dari Nazareth. Cinta kita
kepada-Nya mesti diejawantahkan melalui
cita-rasa, olah budi-pikiran, prilaku
dan tindakan kita
yang diselaraskan atau setidak-tidaknya diinspirasikan oleh pola
hidup, cara berpikir,
cara bertutur, cara bertindak Yesus dari Nazareth. Perikope Yoh 21:1-17
menegaskan pesan imperatif Yesus kepada
kita semua: “Mengasihi Dia”pertama-tama dan setelah terbukti mengasihi-Nya,
Yesus menyerahkan tugas penggembalaan: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Perintah menggembalakan ini
menghantar kita untuk mempertegas komitmen “sentire cum ecclesia
romana”; artinya kita
hidup penuh ketaatan iman serta memiliki
rasa bangga menjadi anggota Gereja Katolik Roma, yang kini menyata
secara “hic et
nunc” dalam diri Gereja
Keuskupan Bogor.
Sinode
II ini mesti memperteguh cinta
kita akan Gereja kita, yang Katolik, satu, kudus dan apostolik. Cinta akan
Tuhan Yesus dan
GerejaNya mesti diperlihatkan
dalam tutur kata
dan tindaktanduk kita
semua.Penerapan cinta akan
TuhanYesus dan Gereja-Nya diperlihatkan dalam segala
bentuk keterlibatan membangun
kehidupan lebih baik
dalam bangsa dan Negara
Indonesia. Dengan kata lain,
kehidupan persekutuan kita mesti berdampak menyelamatkan bagi sesama warga Indonesia dan
bagi alam semesta ini, khususnya di tanah Pasundan. PausFransiskus menegaskan
hal ini pula: “Saya secara khusus meminta umat Kristiani dari segala komunitas
di seluruh dunia untuk memberikan kesaksian yang memancar dan berdaya pikat tentang persekutuan
bersaudara. Biarkan setiap
orang mengagumi bagaimana
Anda saling mendukung dan
mendampingi satu sama lain” (EG 99).
3. Untuk itu Saudara-saudariku, Gereja
Keuskupan kita harus melakukan suatu gerakan transformasi.Gereja menurut
Paus Fransiskus harus
melakukan transformasi dengan
lebih memberikan perhatian pada
berbagai dinamika di
luar gereja (missioner)
daripada hanya sekedar terus
berkutat untuk mempertahankan kenyamanan
diri sendiri. Seruan ini
juga bermaksud mendorong
kehadiran nyata Gereja dalam dinamika sejarah manusia masa kini–hadir, peduli
dan mengambil peran
nyata–agar pada akhirnya
misi penyelamatan dan pewartaan kabar baik Tuhan sungguh
dirasakan melalui kehadiran Gereja.Selain
itu, Paus Fransiskus
mengingatkan agar Gereja membiarkan
dirinya untuk selalu menjadi Gereja
muda. Paus menegaskan
hal ini dalam
dokumen Christus Vivit: “Kita memohon kepada
Tuhan supaya membebaskan
Gereja dari orang-orang
yang ingin menjadikannya tua, melekatkannya pada
masa lampau, menghentikan
dan membuatnya tidak bergerak. Gereja menjadi
muda ketika ia
menjadi dirinya sendiri,
ketika ia memperoleh kekuatan
untuk menjadi selalu
baru dari Sabda Tuhan,
Ekaristi, kehadiran Kristus dan dari kekuatan Roh Kudus setiap
hari.Gereja menjadi muda ketika ia dapat terus menerus kembali pada sumbernya”.
4. Dalam rangka
menyuburkan pembaruan Gereja
dan menampilkan wajah
Gereja yang muda,serta membuat
Gereja Sinodal Keuskupan hidup bersukacita
sebagai communion injili, peduli,
cinta alam dan missioner, kita semua
perlu melakukan 2 bentuk transformasi:
4.1.Transformasi atau
pembaruandi bidang SDM (Sumber
Daya Manusia) Katolik keuskupan
Bogor. Anggota Gereja mesti
melakukan
perubahan-perubahan dalam cara berpikir,
cara bertutur, cara bersikap,
cara menata diri yang selaras dengan
kehendak Kristus. Sinode
II ini mengedepankan
bentuk-bentuk pertobatan (perubahan-perubahan):
Yang
pertama, PERTOBATAN PASTORAL (EG
32): pertobatan jenis
ini diharapkan terjadi pada para
pelayan-pelayan Injil, terutama Uskup
dan Imam-imam. Para pelayan pastoral
mestilah orang-orang yang dapat menghangatkan, meneguhkan dan menghibur hati umat, yang
berjalan bersama melewati
kegelapan hidup, yang
tahu bagaimana harus berdialog dan
yang menurunkan diri mereka
sendiri dalam malam
gelap umatnya, tanpa harus
kehilangan arah, seperti
Yesus yang lahir
di kandang domba
di Betlehem. Umat Allah menginginkan pastor-pastor (gembala),
bukan klerus yang
bertindak seperti pejabat pemerintah yang birokratis. Ikutilah
teladan Yesus, Sang Gembala yang baik.
Yang
kedua, PERTOBATAN MISIONER
(EG 273): pertobatan
jenis ini mesti
dilakukan oleh semua orang yang
dibaptis, umat awam, bruder,
suster, imam, uskup.
Semua mesti menyadari diri
sebagai orang utusan.
Paus menjelaskan: “Misi
itu bukanlah suatu
tambahan atau hanya suatu momen lain dalam hidup. Sebaliknya, itu adalah
sesuatu yang tak dapat saya cabut dari keberadaan saya. Saya adalah perutusan
di atas bumi ini; itulah alasan mengapa saya
berada di dunia ini. Kita harus
mengenal diri kita
sebagai dimeteraikan, atau
diberi merek, dengan api
untuk perutusan membawa
terang, memberkati, memberi
daya hidup, membangkitkan
harapan, menyembuhkan dan membebaskan ini.”
Yang ketiga, PERTOBATAN EKOLOGIS:
pertobatan jenis ini menyasar semua anggota Gereja. Menghadapi tindakan
keserakahan dan arogansi
manusia terhadap ibu
bumi serta alam ciptaan
Tuhan lainnya, kita
diminta dengan sangat
untuk mengubah perilaku
kita. Paus Fransiskus
mengangkat kembali seruan
atraktif Santo Yohanes Paulus
II agar manusia melakukan pertobatan
ekologis. Kita diajak untuk
berbalik memutar haluan,
merubah pola pikir dan pola
bertindak kita. Pola
pikir dan bertindak
baru itu mencakup
“cara-cara lebih memandang
keindahan dan rasa tanggung jawab kita untuk melestarikan, merawat bumi ini sebagai
rumah kita bersama. Semboyan kita ialah “hijaukan bumi rumah kita bersama”.
4.2.Pembaruan manajerial (tata
kelola) dalam Gereja kita
diperlukan demi terwujudnya sukacita
sebagai communio injili, peduli, cinta
alam dan missioner. Sinode II ini menetapkan opsinya untuk membangun Gereja
yang menghidupi communio injili penuh
sukacita, peduli, cinta
alam dan missioner. Opsi ini
mesti mewarnai pembaruan manajerial yang
ada pada struktur-struktur Gereja
di keuskupan kita.
Paus
Fransiskus mengingatkan
kita: “Pembaruan struktur-struktur yang
dituntut oleh pertobatan
pastoral (pertobatan
missioner, pertobatan ekologis)
hanya dapat dimengerti
dalam terang ini: sebagai
bagian dari usaha
untuk membuat struktur
tersebut berorientasi pada perutusan (kepedulian, sukacita, communio, cinta alam), serta menjadikan
kegiatan pastoral pada setiap tingkat
bisa lebih inklusif
dan terbuka, untuk
mengilhami para pekerja
pastoral selalu ingin keluar untuk melakukan
perutusan dan dengan demikian
mendapatkan tanggapan positif dari
semua yang dipanggil
Yesus bersahabat dengan-Nya”
(Bdk. EG 27).
Pembaruan manajerial ini
akan membarui cara kerja,
cara pandang dalam
menghidupkan DPKB (DewanPastoral
Keuskupan Bogor), DKKB (Dewan
Keuangan Keuskupan Bogor),
DPP (DewanPastoral Paroki), DKP (Dewan
Keuangan Paroki), Komisi-komisi, Yayasan-yayasan, Paroki-paroki, Tarekat-tarekat.
5. Para imam
diosesan, imam tarekat,
suster-bruder, bapak ibu,
orang muda dan
anak-anak sekeuskupan Bogor yang saya kasihi. Panduan meragakan
semangat pembaruan itu
dirumuskan dengan baik
oleh Sinode II Keuskupan. Topik-topik konkret itu
dilahirkan oleh kita semua dan kami menambahkan satu topik penting sebagai
kelanjutan dari prioritas kebijakan penggembalaan kita.
5.1. Keluarga: Komisi Keluarga, Komisi
Kateketik, Komisi Liturgi
5.2. OMK: Komisi Keluarga, Komisi
Kateketik, Komisi HAK
5.3. Pendidikan-Persekolahan: Komisi
Pendidikan, Yayasan-yayasan
5.4. Lingkungan hidup: PSE: Biro
Ekologi,
5.5. Cinta akan
bangsa dantanah air
Indonesia: bidang sosial-
kemasyarakatan: Komisi Kerawam, Komisi
HAK, Komisi Kepemudaan.
5.6.Pengembangan SDM
umat dan imam
diosesan, tarekat serta
suster dan bruder: Seminari Stella
Maris dan Seminari Tinggi St.
Petrus dan Paulus Bogor di Bandung, KPKS,KEP,
Kursus-kursus Katekese,
sekolah Pastoral Counseling Center.
5.7. Penataan
manajerial dilaksanakan secara terstruktur agar tata kelola penggembalaan kita berjalan dalam
koridor mewujudkan sukacita
hidup sebagai communion injili, peduli,
cinta alam dan missioner.
Sasaran penataan manajerial itu ialah:
-Dewan-dewan di tingkat Keuskupan: DPKB,
DKKB, Komisi-komisi.
-DPP dan DKP di tingkat paroki.
-Yayasan Mardi Yuana dan Yayasan Yatna
Yuana Bogor, Yayasan Yatna Yuana Kasih:-Panti Asuhan, RS Misi Lebak dan AKPER
Yatna Yuana Rangkas Bitung.
6. Para saudara
terkasih! Mengakhiri surat
pasca sinode ini,
kami mengutip pesan
Paus Fransiskus. Isinya amat
inspiratif dan dahsyat. Dia
mengajak kita untuk
terus berjalan bersama: “Dalam Gereja
kita, orang-orang muda
dan tua perlu
berjalan bersama; jika demikian kita dapat berakar dengan kokoh
di masa kini dan dari posisi ini, kita dapat hadir kemasa lalu
dan ke masa
depan. Kembali ke
masa lalu untuk
belajar dari sejarah
dan menyembuhkan luka lama
yang kadang mempengaruhi
kita. Melihat ke
masa depan untuk mengobarkan antusiasme kita,
menumbuhkan mimpi-mimpi, menghangatkan hati, memberikan inspirasi pada pikiran kita
dengan cahaya Injil
dan memberikan kekuatan
baru kepada tangan-tangan kita. Akar-akar itu
bukanlah jangkar yang
menambat kita ke
masa lalu dan
mencegah kita untuk menghadapi saat
ini dan menciptakan
sesuatu yang baru. Sebaliknya, akar-akar
itu adalah titik landasan
yang membuat kita
bertumbuh dan menanggapi
tantangan-tantangan baru. Maka dari itu, tidak ada gunanya kita duduk
saja dan bernostalgia tentang masa lalu. Kita harus memperhatikan
budaya kita dengan
realism dan cinta serta
memenuhinya dengan Injil. Hari ini
kita semua diutus
untuk mewartakan Kabar
Baik tentang Yesus di
zaman yang baru. Kita harus
mencintai waktu ini
dengan berbagai peluang
dan resikonya, suka
dan dukanya, dengan kekayaan dan keterbatasannya, dengan keberhasilan
dan kesalahan. Ibaratnya Gereja ini
bagaikan sebuah sampan,
di mana orang-orang
lanjut usia membantu menjaga arah
haluan dengan menafsirkan posisi
bintang-bintang dan orang
muda mendayung dengn sepenuh
tenaga sambil membayangkan apa
yang menanti mereka
di depan. Janganlah kita disesatkan
oleh orang-orang muda
yang berpikir bahwa
orang-orang dewasa adalah masa lalu yang tidak diperhitungkan lagi, yang
sudah ketinggalan zaman atau juga
oleh orang-orang dewasa yang
percaya bahwa mereka
selalu tahu bagaimana
orang muda seharusnya berperi
laku. Lebih baik, marilah
kita semua menaiki
sampan yang sama dan
bersama-sama mengusahakan sebuah
dunia yang lebih
baik, di bawah dorongan
Roh Kudus yang selalu baru” (Christus
Vivit 199-201).
Selamat mengarungi
riak ombak kehidupan
di tahun 2020.
Bersama kita
teguh, bercerai kita runtuh.
Salam
Indonesia,
Salam
Pancasila.
Gua
Maria Bukit Kanada, 24 Desember 2019
Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup
Diosesan Keuskupan Bogor.
No comments:
Post a Comment