Berikut ini adalah kelanjutan dari kutipan KONSTITUSI
APOSTOLIK “MISSALE ROMANUM”.
Bagi
Anda yang belum membaca kutipan sebelumnya, silakan klik link Konstitusi Apostolik“Missale Romanum”
Akan tetapi, jangan
mengira bahwa pemugaran Missale Romanum
itu secara mendadak
jatuh dari langit!
Kemajuan dalam
bidang studi liturgi
selama empat abad
sebelumnya jelas sudah merintis jalan
ke arah pemugaran
itu. Tidak lama
sesudah Konsili Trente,
penelaahan serta penelitian atas “naskah-naskah kuno” yang
ditemukan di Perpustakaan Vatikan dan di tempat lain, menurut kesaksian
pendahulu kami S.
Pius V dalam
Konstitusi Apostolik Quo
primum, telah memberikan andil yang tidak sedikit bagi
pemugaran Missale Romanum. Sejak itu banyak sumber liturgi
kuno ditemukan dan
diterbitkan; begitu pula
rumus-rumus liturgi Gereja
Timur dipelajari lebih
mendalam. Banyak orang
mengharapkan, agar khazanah
ajaran dan harta
iman itu tidak dibiarkan terus tersembunyi dalam keremangan
lemari-lemari perpustakaan, tetapi di buka dan dimanfaatkan untuk menerangi dan
menghangatkan hati serta budi orang kristen.
Sekarang kami
ingin sedikit menguraikan
garis besar susunan
Missale Romanum. Pertama-tama kami
minta perhatian untuk Institutio Generalis8
yang kami cantumkan
sebagai Proemium (Prakata). Di
dalamnya dikemukakan kaidah-kaidah
baru untuk merayakan kurban Ekaristi,
baik mengenai pelaksanaan
perayaannya serta tugas-tugas khusus para pelayan dan para peserta, maupun mengenai
perlengkapan dan tempat yang diperlukan untuk kebaktian ilahi.
Unsur
pembaharuan yang paling menonjol kiranya terletak dalam apa yang kini lazim
disebut Prex
Eucharistica (Doa Ekaristi atau Doa
Syukur Agung). Dalam
Ritus Romawi bagian
pertama doa ini,
yakni “prefasi”, sepanjang
sejarah selalu terbuka
untuk aneka rumusan,
tetapi bagian berikutnya,
yang dinamakan Canon, selama
kurun waktu abad IV dan V memperoleh bentuk yang tetap. Sebaliknya Liturgi-liturgi
Timur selalu mengizinkan adanya variasi tertentu dalam Anafora-anafora itu
sendiri.
Bertalian dengan ini,
pertama-tama Doa Syukur
Agung diperkaya dengan
banyak rumus prefasi,
entah diambil dari
tradisi kuno Gereja
Romawi entah digubah
baru, agar dengan
demikian aspek-aspek khusus
dari misteri keselamatan
dapat ditampakkan dengan
lebih jelas, dan
agar disajikan alasan-alasan yang lebih banyak dan lebih
berlimpah untuk bersyukur. Selain itu, kami menentukan bahwa Kanon
Romawi ditambah dengan
tiga Doa Syukur
Agung baru. Akan
tetapi, baik atas pertimbangan pastoral
maupun demi kelancaran
konselebrasi, kami menetapkan
bahwa kisah institusi
harus sama dalam
semua rumus Doa
Syukur Agung.
Dari sebab
itu, Kami menghendaki, agar dalam setiap Doa Syukur
Agung, kata-kata itu dirumuskan sebagai berikut: Atas Roti: Accipite et manducate
ex hoc omnes!
Hoc est enim
Corpus meum, quod
pro vobis tradetur;
dan atas piala:Accipite et bibite ex eo omnes! Hic est
enim calix sanguinis mei novi et aeterni testamenti, qui pro vobis et
pro multis effundentur
inremissionem peccatorum. –
Hoc facite in
meam commemorationem. Sedangkan
kata Mysterium fidei dicabut dari
konteks kata-kata Kristus
Tuhan dan diucapkan
imam untuk membuka aklamasi umat.
Sejauh menyangkut Ordo Missae,
“tata cara dibuat
lebih sederhana dengan
tetap mempertahankan hal-hal
yang pokok,”9 dengan
menghilangkan “pengulangan dan tambahan tidak
perlu yang muncul
dalam perjalanan sejarah,"10 dalam
kaitan dengan tata
cara persembahan roti
serta anggur dan tata cara pemecahan roti serta komuni.
Selanjutnya, “beberapa
hal yang menjadi
pudar dikikis waktu
dihidupkan kembali selaras dengan
kaidah-kaidah semasa para bapa Gereja.”11 misalnya homili12 dan doa umat;13
juga tata cara tobat atau tata
cara pendamaian kembali
dengan Allah dan
sesama saudara, yang
dilakukan pada permulaan Ekaristi, kini mendapatkan kembali
makna asli sebagaimana mestinya. Konsili
Vatikan II juga
menentukan agar “dalam
kurun waktu beberapa
tahun bagian-bagian penting dari
Alkitab dibacakan kepada
umat.”14
Oleh karena
itu, seluruh khazanah
bacaan hari Minggu
diatur dalam lingkaran
tiga tahun. Kecuali
itu, pada setiap
hari Minggu dan
hari raya pembacaan
surat-surat dan Injil didahului dengan
satu bacaan lain,
yang diambil dari Perjanjian
Lama atau – dalam Masa Paskah – dari Kisah Para Rasul. Dengan ini kesinambungan
proses dalam sejarah keselamatan menjadi lebih jelas, sebagaimana tampak dalam
sabda-sabda yang diwahyukan Allah
sendiri.
Khazanah bacaan
Alkitab yang melimpah
ini, yang pada
hari Minggu dan
hari raya menyajikan
bagian-bagian yang paling
penting, akan dilengkapi
dengan kutipan-kutipan lain
dari Alkitab, yang dibawakan pada
hari-hari lain.
8
Dalam edisi Indonesia disebut Pedoman Umum.
9
KL, no. 50; bdk. SBL 2A, no. 50.
10
KL, no. 50; bdk. SBL 2A, no. 50.
11
KL, no. 50; bdk. SBL 2A, no. 50.
12
KL, no. 52; bdk. SBL 2A, no. 52.
13
KL, no. 53; bdk. SBL 2A, no. 53.
14
KL, no. 51; bdk. SBL 2A, no. 51.
(Akan dilanjutkan)
No comments:
Post a Comment