Pengantar:
Ada baiknya
bahwa umat Lingkungan St Theresia Bogor Raya Permai, khususnya yang bergabung
dalam paduan suara, memahami apa yang disebut sebagai music liturgis, yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari liturgy itu sendiri. Berikut dikutipkan
sejumlah tulisan yang bersumber dari Panduan Bulan
Liturgi Keuskupan Malang, 2017. Terima kasih kepada Komisi Liturgi Keuskupan
Malang.
“Musik
liturgis” (khususnya melodi yang dihasilkan oleh alat-alat musik) dan “nyanyian
liturgis” (khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi melodi), dapat
dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks
maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang
dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah (karya agung
Allah yang menyelamatkan) dan tanggapan manusia beriman (syukur, pujian,
sembah-sujud, dan permohonan).
Kita
mengenal istilah Musik Liturgis dan bukan musik dalam liturgi, karena dengan
musik liturgis mau digarisbawahi pandangan Gereja tentang musik sebagai bagian
utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan
dimasukkan ke dalam perayaan liturgis, seakan-akan barang asing atau hal lain
dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi.
Sebagai
bagian utuh dari liturgi, musik liturgi itu merupakan suatu doa dan bukan
sekadar suatu ekspresi seni sebagai bahan tontonan ataupun sebagai bahan
hiburan semata. Memang musik liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan
seni musik/ nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik liturgi
mengungkapkan doa manusia beriman.
Bahkan
musik atau nyanyian liturgis sebagai doa mempunyai nilai yang tinggi. Sebab
musik liturgis menggerakan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang
menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan, hati, mata, telinga, suara, tangan
atau kaki, dll.). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan
diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan
situasi, dengan maksud tujuan musik/ nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan
sesama. Hal ini memang cocok dengan hakikat dari liturgi sebagai perayaan
bersama yang melibatkan banyak orang
demi kepantingan umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya
demi diri sendiri).
Oleh
karena itu Gereja mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik
sebenarnya berdoa dua kali (bene cantat bis orat). Sekali lagi, nilai itu
tercapai kalau ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan
yang lain dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.
(tulisan
berikutnya: Seni Musik Liturgis)
No comments:
Post a Comment