Friday 27 December 2019

SURAT GEMBALA PASCA SINODE II KEUSKUPAN BOGOR

“BERJALAN BERSAMA MENUJU BETLEHEM (Bdk Luk 2:15) DAN MENGGEMBALAKAN DOMBA-DOMBANYA” (Bdk Yoh 21:)

1.  Para imam diosesan, imam tarekat, bruder-suster, bapak-ibu, orang muda, serta anak-anaksekeuskupan Bogor terkasih!

Memasuki perayaan  Natal  2019,  Saya  menjumpai  saudara-saudari  sekalian  dengan  sukacita injili dan menyampaikan: “Selamat Merayakan Natal” dan “Selamat memulai siklus baru kehidupan kita, Tahun Baru penuh rahmat 2020”. “Semoga Damai Natal memenuhi hati kita  semua”.

Kita  sudah  melewati  masa  khairos” 2019.  Masa  penuh  rahmat  itu  ditandai secara  khusus  oleh  suatu  peristiwa  bersejarah  yang  mewujudkan  komitmen  kita  semua untuk    hidup    ber-“sukacita    sebagai    communio    injili    yang    peduli,    cinta    alam    dan missioner”. Gagasan iman untuk hidup ber-sukacita sebagai communio injili yang peduli, cinta alam  dan  missioner  diinkarnasikan  atau  diragakan  dalam  peristiwa  Sinode  II  Keuskupan sepanjang     tahun     2019. Sinode     itu     dilaksanakan     di     tingkat     paroki,     dekanat     dan keuskupan. Selain   pada   tingkat-tingkat   itu,   ada   pula   sinode   dilaksanakan di   tingkat lingkungan    ataupun    Komisi    seperti    Komisi    Keluarga    dan    komisi    Pendidikan. Gereja Mahasiswa dan   Kongregasi   SFS tidak   ketinggalan   menyumbangkan   gegap   gempita   kita bersinode. Puncak Sinode di tingkat keuskupan berlangsung pada tanggal 5-7 Desember 2019.  Racikan   acara   berwarna   sukacita   bersaudara,   tilikan   eklesiologis   aktual, doa meditatif-kontemplatif,  serta nuansa  budaya  Nusantara  dan  perhatian  ekologis  menyertai  perjalanan bersama kita.

2.   Para  saudara  sekalian!  Sinode  II  yang  kita laksanakan  sesungguhnya  dilakukan  untuk menakar  kesetiaan  kita  pada  pribadi  Yesus  Kristus,  yang lahir  di  kandang  Betlehem (Bdk. Luk 2:1-7). Dia diutus  Allah  Bapa  dalam  persekutuan  Roh  Kudus  untuk  melaksanakan karya menyelamatkan umat manusia  dan  alam  semesta  ini. Sinode  mesti  memperkuat  ikatan rasa,  budi  dan  tindakan  kita  dengan  Yesus  dari  Nazareth. Cinta  kita  kepada-Nya  mesti diejawantahkan   melalui   cita-rasa,   olah   budi-pikiran,   prilaku   dan   tindakan   kita   yang diselaraskan   atau   setidak-tidaknya diinspirasikan oleh   pola   hidup,   cara   berpikir,   cara bertutur, cara bertindak Yesus dari Nazareth. Perikope Yoh 21:1-17 menegaskan pesan imperatif  Yesus kepada kita semua: “Mengasihi Dia”pertama-tama dan setelah terbukti mengasihi-Nya, Yesus menyerahkan tugas penggembalaan: “Gembalakanlah  domba-dombaKu”. Perintah  menggembalakan  ini  menghantar  kita  untuk mempertegas   komitmen “sentire   cum   ecclesia   romana”;   artinya   kita   hidup   penuh ketaatan iman serta memiliki rasa bangga menjadi anggota Gereja Katolik Roma, yang kini  menyata  secara “hic  et  nunc” dalam  diri  Gereja  Keuskupan  Bogor.

Sinode  II  ini mesti memperteguh cinta kita akan Gereja kita, yang Katolik, satu, kudus dan apostolik. Cinta  akan  Tuhan  Yesus  dan  GerejaNya  mesti  diperlihatkan  dalam  tutur  kata  dan  tindaktanduk  kita  semua.Penerapan  cinta  akan  TuhanYesus  dan  Gereja-Nya diperlihatkan  dalam segala  bentuk  keterlibatan  membangun  kehidupan  lebih  baik  dalam  bangsa  dan  Negara Indonesia. Dengan  kata  lain,  kehidupan  persekutuan  kita mesti berdampak  menyelamatkan bagi sesama warga Indonesia dan bagi alam semesta ini, khususnya di tanah Pasundan. PausFransiskus menegaskan hal ini pula: “Saya secara khusus meminta umat Kristiani dari segala komunitas di seluruh dunia untuk memberikan kesaksian yang memancar dan berdaya pikat tentang  persekutuan  bersaudara.  Biarkan  setiap  orang  mengagumi  bagaimana  Anda  saling mendukung dan mendampingi satu sama lain” (EG 99).

3.   Untuk  itu Saudara-saudariku,  Gereja  Keuskupan  kita  harus melakukan  suatu gerakan transformasi.Gereja  menurut  Paus  Fransiskus  harus  melakukan  transformasi  dengan  lebih memberikan  perhatian  pada  berbagai  dinamika  di  luar  gereja  (missioner)  daripada  hanya sekedar  terus  berkutat  untuk  mempertahankan  kenyamanan  diri  sendiri.  Seruan ini  juga bermaksud  mendorong kehadiran nyata Gereja dalam dinamika sejarah manusia masa kini–hadir,  peduli  dan  mengambil  peran  nyata–agar  pada  akhirnya  misi  penyelamatan  dan pewartaan kabar baik Tuhan sungguh dirasakan melalui kehadiran Gereja.Selain  itu,  Paus  Fransiskus  mengingatkan  agar Gereja  membiarkan  dirinya untuk  selalu menjadi  Gereja  muda.  Paus  menegaskan  hal  ini  dalam  dokumen Christus  Vivit: “Kita memohon   kepada   Tuhan   supaya   membebaskan   Gereja   dari   orang-orang   yang   ingin menjadikannya  tua, melekatkannya  pada  masa  lampau,  menghentikan  dan  membuatnya tidak   bergerak. Gereja   menjadi   muda   ketika   ia   menjadi   dirinya   sendiri,   ketika   ia memperoleh    kekuatan    untuk    menjadi    selalu    baru    dari Sabda    Tuhan,    Ekaristi, kehadiran Kristus dan dari kekuatan Roh Kudus setiap hari.Gereja menjadi muda ketika ia dapat terus menerus kembali pada sumbernya”.

4.   Dalam  rangka  menyuburkan  pembaruan  Gereja  dan  menampilkan  wajah  Gereja  yang muda,serta  membuat  Gereja  Sinodal  Keuskupan hidup  bersukacita  sebagai  communion injili, peduli,  cinta alam dan missioner, kita semua perlu melakukan 2 bentuk transformasi:

4.1.Transformasi   atau   pembaruandi   bidang SDM   (Sumber   Daya   Manusia) Katolik keuskupan Bogor. Anggota  Gereja  mesti  melakukan  perubahan-perubahan  dalam cara  berpikir,  cara  bertutur, cara   bersikap,   cara   menata   diri yang selaras   dengan   kehendak   Kristus.   Sinode   II   ini mengedepankan bentuk-bentuk pertobatan (perubahan-perubahan):

Yang  pertama,  PERTOBATAN  PASTORAL (EG  32):  pertobatan  jenis  ini  diharapkan terjadi  pada para  pelayan-pelayan  Injil, terutama  Uskup  dan Imam-imam. Para  pelayan pastoral mestilah orang-orang yang dapat menghangatkan, meneguhkan dan menghibur hati umat,   yang   berjalan   bersama   melewati   kegelapan   hidup,   yang   tahu   bagaimana   harus berdialog  dan  yang menurunkan  diri  mereka  sendiri  dalam  malam  gelap  umatnya,  tanpa harus  kehilangan  arah,  seperti  Yesus  yang  lahir  di  kandang  domba  di  Betlehem. Umat  Allah menginginkan   pastor-pastor   (gembala),   bukan   klerus   yang   bertindak   seperti   pejabat pemerintah yang birokratis. Ikutilah teladan Yesus, Sang Gembala yang baik.

Yang  kedua,  PERTOBATAN  MISIONER  (EG  273):  pertobatan  jenis  ini  mesti  dilakukan oleh semua  orang  yang  dibaptis,  umat  awam, bruder,  suster,  imam,  uskup.  Semua  mesti menyadari  diri  sebagai  orang  utusan.  Paus  menjelaskan:  “Misi  itu  bukanlah  suatu  tambahan atau hanya suatu momen lain dalam hidup. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang tak dapat saya cabut dari keberadaan saya. Saya adalah perutusan di atas bumi ini; itulah alasan mengapa saya  berada  di  dunia ini. Kita  harus  mengenal  diri  kita  sebagai  dimeteraikan,  atau  diberi merek,  dengan  api  untuk  perutusan  membawa  terang,  memberkati,  memberi  daya  hidup, membangkitkan harapan, menyembuhkan dan membebaskan ini.”

Yang ketiga, PERTOBATAN EKOLOGIS: pertobatan jenis ini menyasar semua anggota Gereja. Menghadapi  tindakan  keserakahan  dan  arogansi  manusia  terhadap  ibu  bumi  serta alam  ciptaan  Tuhan  lainnya,  kita  diminta  dengan  sangat  untuk  mengubah  perilaku  kita. Paus Fransiskus   mengangkat   kembali   seruan   atraktif   Santo Yohanes  Paulus   II   agar   manusia melakukan  pertobatan  ekologis. Kita  diajak  untuk  berbalik  memutar  haluan,  merubah  pola pikir dan  pola  bertindak  kita.  Pola  pikir  dan  bertindak  baru  itu  mencakup  “cara-cara  lebih memandang keindahan dan rasa tanggung jawab kita untuk melestarikan, merawat bumi ini sebagai rumah kita bersama. Semboyan kita ialah “hijaukan bumi rumah kita bersama”.

4.2.Pembaruan    manajerial    (tata    kelola)    dalam Gereja    kita    diperlukan    demi terwujudnya sukacita sebagai communio injili, peduli, cinta alam dan missioner. Sinode II ini menetapkan opsinya untuk membangun Gereja yang menghidupi communio  injili penuh   sukacita,   peduli,   cinta   alam   dan   missioner. Opsi   ini   mesti   mewarnai   pembaruan manajerial   yang   ada   pada   struktur-struktur   Gereja   di   keuskupan   kita.

Paus   Fransiskus mengingatkan  kita:  “Pembaruan  struktur-struktur  yang  dituntut  oleh  pertobatan  pastoral (pertobatan   missioner,   pertobatan   ekologis)   hanya   dapat   dimengerti   dalam   terang   ini: sebagai  bagian  dari  usaha  untuk  membuat  struktur  tersebut berorientasi  pada  perutusan (kepedulian, sukacita, communio, cinta alam), serta menjadikan kegiatan pastoral pada setiap tingkat  bisa  lebih  inklusif  dan  terbuka,  untuk  mengilhami  para  pekerja  pastoral  selalu  ingin keluar untuk  melakukan  perutusan dan  dengan  demikian  mendapatkan  tanggapan  positif dari   semua   yang   dipanggil   Yesus   bersahabat   dengan-Nya”   (Bdk.   EG   27).  

Pembaruan manajerial  ini  akan  membarui cara  kerja,  cara  pandang  dalam  menghidupkan DPKB (DewanPastoral   Keuskupan   Bogor),   DKKB (Dewan   Keuangan   Keuskupan   Bogor),   DPP (DewanPastoral  Paroki),  DKP (Dewan  Keuangan  Paroki),  Komisi-komisi,  Yayasan-yayasan,  Paroki-paroki, Tarekat-tarekat.

5.   Para  imam  diosesan,  imam  tarekat,  suster-bruder,  bapak  ibu,  orang  muda  dan  anak-anak sekeuskupan Bogor yang saya kasihi. Panduan   meragakan   semangat   pembaruan   itu   dirumuskan   dengan   baik   oleh   Sinode   II Keuskupan. Topik-topik konkret itu dilahirkan oleh kita semua dan kami menambahkan satu topik penting sebagai kelanjutan dari prioritas kebijakan penggembalaan kita.

5.1. Keluarga: Komisi Keluarga, Komisi Kateketik, Komisi Liturgi
5.2. OMK: Komisi Keluarga, Komisi Kateketik, Komisi HAK
5.3. Pendidikan-Persekolahan: Komisi Pendidikan, Yayasan-yayasan
5.4. Lingkungan hidup: PSE: Biro Ekologi,
    5.5. Cinta  akan  bangsa  dantanah  air  Indonesia:  bidang  sosial-
           kemasyarakatan:  Komisi Kerawam, Komisi HAK, Komisi Kepemudaan.
    5.6.Pengembangan  SDM  umat  dan  imam  diosesan,  tarekat  serta   
          suster dan bruder: Seminari Stella Maris dan Seminari Tinggi St. 
         Petrus dan Paulus Bogor di Bandung, KPKS,KEP, Kursus-kursus Katekese, 
          sekolah Pastoral Counseling Center.
5.7.  Penataan manajerial dilaksanakan secara terstruktur agar tata kelola penggembalaan kita berjalan  dalam  koridor mewujudkan sukacita  hidup  sebagai  communion injili,  peduli,  cinta alam dan missioner.
Sasaran penataan manajerial itu ialah:
-Dewan-dewan di tingkat Keuskupan: DPKB, DKKB, Komisi-komisi.
-DPP dan DKP di tingkat paroki.
-Yayasan Mardi Yuana dan Yayasan Yatna Yuana Bogor, Yayasan Yatna Yuana Kasih:-Panti Asuhan, RS Misi Lebak dan AKPER Yatna Yuana Rangkas Bitung.

6.   Para  saudara  terkasih!  Mengakhiri  surat  pasca  sinode  ini,  kami  mengutip  pesan  Paus Fransiskus.  Isinya  amat  inspiratif  dan  dahsyat. Dia  mengajak  kita  untuk  terus  berjalan bersama: “Dalam  Gereja  kita,  orang-orang  muda  dan  tua  perlu  berjalan  bersama;  jika demikian kita dapat berakar dengan kokoh di masa kini dan dari posisi ini, kita dapat hadir kemasa   lalu   dan   ke   masa   depan.   Kembali   ke   masa   lalu   untuk   belajar   dari   sejarah   dan menyembuhkan  luka  lama  yang  kadang  mempengaruhi  kita.  Melihat  ke  masa  depan  untuk mengobarkan     antusiasme     kita,     menumbuhkan     mimpi-mimpi,     menghangatkan     hati, memberikan  inspirasi pada  pikiran kita  dengan  cahaya  Injil  dan  memberikan  kekuatan  baru kepada tangan-tangan kita. Akar-akar  itu  bukanlah  jangkar  yang  menambat  kita  ke  masa  lalu  dan  mencegah  kita  untuk menghadapi  saat  ini  dan  menciptakan  sesuatu  yang  baru. Sebaliknya,  akar-akar  itu  adalah titik   landasan   yang   membuat   kita   bertumbuh   dan   menanggapi   tantangan-tantangan baru. Maka dari itu, tidak ada gunanya kita duduk saja dan bernostalgia tentang masa lalu. Kita harus  memperhatikan  budaya  kita  dengan  realism dan  cinta  serta  memenuhinya  dengan Injil. Hari  ini  kita  semua  diutus  untuk  mewartakan  Kabar  Baik  tentang Yesus  di  zaman  yang baru. Kita  harus  mencintai  waktu  ini  dengan  berbagai  peluang  dan  resikonya,  suka  dan dukanya, dengan kekayaan dan keterbatasannya, dengan keberhasilan dan kesalahan. Ibaratnya  Gereja  ini  bagaikan  sebuah  sampan,  di  mana  orang-orang  lanjut  usia  membantu menjaga    arah    haluan    dengan    menafsirkan    posisi    bintang-bintang    dan    orang    muda mendayung   dengn  sepenuh  tenaga  sambil membayangkan  apa  yang  menanti  mereka   di depan.  Janganlah kita  disesatkan  oleh  orang-orang  muda  yang  berpikir  bahwa  orang-orang dewasa adalah masa lalu yang tidak diperhitungkan lagi, yang sudah ketinggalan zaman atau juga  oleh  orang-orang  dewasa yang  percaya  bahwa  mereka  selalu  tahu  bagaimana  orang muda  seharusnya  berperi  laku. Lebih  baik,  marilah  kita  semua  menaiki  sampan  yang  sama dan  bersama-sama  mengusahakan  sebuah  dunia  yang  lebih  baik,  di bawah  dorongan  Roh Kudus yang selalu baru” (Christus Vivit 199-201).

Selamat  mengarungi  riak  ombak  kehidupan  di  tahun  2020.

Bersama  kita  teguh,  bercerai  kita runtuh.

Salam Indonesia,
Salam Pancasila.

Gua Maria Bukit Kanada, 24 Desember 2019
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Diosesan Keuskupan Bogor.

Friday 20 December 2019

PERMENUNGAN SEORANG ANNE AVANTIE


Pengantar

Dari Wikipedia kita mendapatkan informasi bahwa Ibu Anne Avantie adalah seorang perancang busana Indonesia yang terkenal melalui berbagai koleksi kebaya hasil karyanya. Kebaya hasil karyanya telah dikenal di skala internasional dan sering dipakai oleh para selebritas Indonesia hingga sejumlah ratu sejagat (Miss Universe) yang pernah datang ke Indonesia.

Anne Avantie - Gambar dari https://www.kenangan.com/biografi/anne-avantie
Anne Avantie juga merupakan seorang penulis buku rohani Katolik dan aktivis sosial. Aksi sosialnya yang nyata ditunjukkan dengan pembangunan rumah singgah bernama Wisma Kasih Bunda pada tahun 2002 yang merupakan kolaborasi dengan Rumah Sakit St. Elizabeth, Semarang. Mula-mula rumah singgah ini hanya diperuntukkan untuk penderita hydrocephalus, namun mulai tahun 2005 banyak penderita astreni ani, tumor, labiopalataschisis, bibir sumbing, dan penderita cacat lainnya yang datang untuk mendapatkan pertolongan. Anne Avantie juga banyak mengadakan pelatihan dan workshop ketrampilan dan kewirausahaan untuk berbagai kalangan, mulai dari pelajar, penjahit, hingga ibu rumah tangga. Selain aktif mengadakan program subsidi silang dan pelatihan gratis, Anne juga sering diminta untuk menjadi narasumber di berbagai acara.

Pada tahun 2004, 2005, dan 2008, Ibu Negara, Ny. Ani Yudhoyono memberikan penghargaan "Kartini Award" kepada Anne Avantie atas kontribusinya dalam mengembangkan industri kecil. Pada tahun 2008, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Meutia Hatta memberikan penghargaan kepada Anne sebagai "Wanita Indonesia Bisa" atau "Indonesian Woman Able".

Renungan Anne Avantie

Blog Santher mendapatkan tulisan berikut ini di grup WA Lingkungan Santher yang katanya berasal dari permenungan Anne Avantie terhadap sejumlah fenomena yang ada di dalam diri umat Katolik di Indonesia. Entah benar dari beliau entah tidak, butir-butir renungan berikut ini layak untuk diperhatikan.

Kisah perempuan mengenakan TANK TOP dengan tali BH yang kemana-mana. Mana nuranimu?

Apa yang kamu pikirkan ketika mau ke gereja, sekalipun gereja itu berada di dalam mall?
Lalu di sebelahmu.., suamimu.., anak-anakmu.. Mengapa mereka diam saja ketika istrinya atau ibunya mengenakan BUSANA yang TIDAK LAYAK di hadapan Tuhan? Apakah kalian keluarga KATOLIK? Dan hati saya terusik.

Ibadah Minggu yang terganggu… “gemez aku.”  Pikiran saya jadi tidak fokus. Saya menunggu perempuan itu maju untuk menerima KOMUNI. Saya tunggu, walau sudah giliran saya.., tapi saya tetap menunggu dia maju . Dan .. Benar.. dia maju berarti dia KATOLIK karena menerima TUBUH KRISTUS.
  
Perlahan saya ikuti dari belakang ibu itu.. Lalu ketika dia maju .., saya lepaskan SELENDANG saya yang selalu melengkapi penampilan saya kemana pun ., lalu saya tutupkan ke bahunya dari belakang sehingga tali sebesar tali BH itu dan TALI BH-nya tidak lagi tampak di mulus punggung nya . Dia memang KAGET ... tapi paling tidak saya sudah MELAYAK-kan satu orang PANTAS di hadapan Tuhan…
   
Saya tidak memedulikan apa kata orang .., Saya mengikuti suara HATI saya. Saya tidak mau membiarkan orang yang TIDAK TAHU bahwa dia SALAH untuk terus berbuat SALAH nantinya .
Bahwa pakai BAJU seperti itu DI HADAPAN Tuhan, di RUMAH Tuhan, itu TIDAK PANTAS .. tidak layak dan tidak boleh. Karena mungkin dia TIDAK TAHU…

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu saya pernah berkali-kali MENULIS di Majalah HIDUP dan media ROHANI KATOLIK lain ketika saya masih aktif jadi PENULIS Rohani. Saya wartakan sesuatu yang berkenan di HADAPAN-Nya dalam hal BERBUSANA yang LAYAK dan SEPANTASnya di RUMAH TUHAN.

Saya pikir , dengan begitu banyaknya kelompok PD dan komunitas Rohani Katolik, umat khususnya MAK-MAK dan REMAJA tahu bahwa GEREJA bukan CAT WALK, bukan PANGGUNG untuk SHOW tapi itu ALTAR-Nya yang KUDUS.. masak tidak tahu?  Termasuk juga pakai SANDAL ke WC. Sedih campur GEMEZ banget.. Pakai baju juga TANPA LENGAN dan LUBANG bolong dimana-mana seperti jalanan rusak. Anak anak remaja juga pakai KAOS OBLONG kayak mau ke Indomaret. Ini GEREJA, saying. Mana keluargamu? Apa nggak ada yang kasih tahu.

Belum lagi pemandangan alam dari atas bukit ... Belahan-belahan dada, seperti “persembahan“ yang sengaja untuk MENGGODA iman orang yang ke GEREJA dengan iman “pas-pasan“. Kadang seperti penjual AYAM goreng . Menawarkan mau PAHA atau DADA, Pak?

GEREJA Katolik kita kurang TEGAS menerapkan ATURAN yang seharusnya bisa diambil sebagai sebuah “UUD Cara BERBUSANA“ sehingga UMAT KATOLIK lebih di-HARGAI dan NAMA TUHAN dipermuliakan.

PETUGAS Gereja juga berada di ZONA NYAMAN tanpa BERANI menjadi “POLISI“ yang mengamankan RUMAH Tuhan. Mereka TAKUT bergesekan dengan umat yang “MERENDAH-kan RUMAH Tuhan kita “. Mereka TIDAK BERANI beresiko menjadi PENJAGA RUMAH Tuhan kita yang seharusnya SUCI. Mereka “lebihTAKUT pada SUARA MANUSIA daripada SUARA Tuhan “

Saya akan terus ke GEREJA dengan membawa SELENDANG yang banyak . Untuk “memantaskan“ saudaraku dan MELAYAK-kan GEREJA-ku yang KUDUS. Untuk-Mu YESUS aku tak kan pernah goyah.

Ini PERSEMBAHAN-ku .
(Berkah Dalem)