Monday 5 January 2009

SELAMAT TAHUN BARU 2009


Empat hari sudah lewat dari akhir tahun 2008. Kita berada di tahun baru 2009. Melalui media ini saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2009. Kita percaya bahwa kehadiran Tuhan Yesus dalam peristiwa Natal-Nya akan menguatkan iman, harapan, dan kasih kita kepada Tuhan di tahun baru ini. Kita selalu percaya bahwa Yesus selalu hadir dan menyertai langkah hidup kita di tahun 2009 ini. Semoga umat lingkungan Santa Theresia Bogor Raya Permai diteguhkan oleh kehadiran dan karya-Nya sehingga lingkungan kita menjadi lingkungan yang hidup...

Kita memasuki tahun 2009 ini dengan kecemasan. Krisis ekonomi di Amerika ternyata merembet juga ke negara kita. Ribuan orang telah mengalami PHK dan ribuan yang lain belum tentu nasibnya. Sementara itu, para pengusaha juga mengalami kesulitan likuiditas, bahan baku, dan pangsa pasar. Hampir tidak ada yang 100% tenang... Di mana-mana orang juga mengeluh tentang tingginya harga-harga, sulitnya mendapatkan bahan makanan, bahan bakar (minyak tanah, bensin, solar, dll) dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Para sarjana dan lulusan SMA pun kalang kabut mencari pekerjaan... bahkan seandainya tersedia lowongan pun, persaingan mendapatkan pekerjaan itu begitu ketat...

Ada yang bertanya: apa yang dapat diperbuat oleh Gereja? Untuk umat Santher, barangkali pertanyaannya menjadi: apa yang dapat diperbuat oleh umat Santher untuk membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi, pekerjaan dan lain-lain? (Barangkali ada asumsi bahwa keadaan ekonomi dan pekerjaan kita jauh lebih baik daripada mereka di luar umat Santher...). Masalahnya adalah... kita, atau setidak-tidaknya beberapa dari kita (termasuk saya..he..he..) juga menjadi bagian dari para “penderita” krisis ekonomi itu. Jadi, bagaimana kita bisa memberi makan orang lain kalau kita sendiri tidak punya makanan... bagaimana kita bisa memberi pekerjaan pada para pencari kerja kalau kita sendiri tidak mampu menyediakan lowongan pekerjaan buat mereka... Atau.. bagaimana kita dapat membantu orang lain mendapatkan minyak tanah sedangkan kita sendiri tidak punya minyak tanah?

Saya jadi ingat akan kata-kata Tuhan Yesus ketika Ia bersama murid-murid-Nya berada di bait Allah pada suatu hari. Saat itu ada seorang janda miskin yang memberikan derma... Jumlahnya yang hanya dua peser jauh lebih sedikit daripada derma orang-orang farisi dan ahli kitab di situ. Tetapi, yang menarik, adalah kata-kata Tuhan, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.” He..he.. Ini tentu aneh... tidak masuk akal... katakanlah kalau saya menyumbang Rp 5.000, dan Anda menyumbang Rp 100.000, tentu jumlah uang Anda lebih banyak daripada jumlah uang yang saya sumbangkan. Rupa-rupanya jalan pikiran Tuhan berbeda. Karena itu, Tuhan menyambung, “...Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.(Secara lengkap silakan baca Luk 21:1-4 atau Mrk 12:41-44).

Seperti sebagian dari Anda, saya juga bukan ahli kitab atau ahli tafsir alkitab... tetapi rasa-rasanya kita dapat belajar dari perkataan Tuhan Yesus. Di saat-saat banyak orang membutuhkan bantuan kita... bahkan di saat-saat kita sendiri mengalami kekurangan, kita seharusnya masih dapat berpikir tentang orang lain... tentang kebutuhan orang lain... tentang penderitaan orang lain... tentang kecemasan orang lain... Dengan begitu kita tidak menjadi egois atau hanya mementingkan diri sendiri. Ini tentu tidak mudah... tetapi sebagai pengikut Yesus, rasa-rasanya kita memang harus memiliki sikap solidaritas kepada sesama, khususnya yang jauh lebih miskin dan menderita daripada kita. Bahkan seandainya kita sendiri secara ekonomi adalah orang miskin dan menderita... kita tetap harus ikut memikirkan orang lain... Mungkin itulah yang Tuhan sebut sebagai “memberi dari kekurangan”.. dan itulah yang menurut Tuhan adalah hal terbaik.

Memang tidak semua hal dapat kita tangani, namun itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa. Perang antara Israel dan Palestina, misalnya, tidak dapat kita atasi dengan kekuatan kita. Kita mungkin hanya prihatin karena ratusan orang mati terbunuh oleh senjata dan ribuan lainnya terluka serta kehilangan segalanya. Ribuan umat Katolik dan Kristen di sana juga ikut menjadi korban... Lalu apa yang dapat kita lakukan? Kemarin juga ada berita bahwa di Manokwari dan daerah lain di Papua Barat terjadi gempa bumi... beberapa orang meninggal dan ratusan lainnya terluka... Apa yang dapat kita perbuat? Ada perompakan kapal-kapal laut di perairan Somalia… mau jadi superman dan berangkat ke sana untuk memberantas para bajak laut…?

Berdoalah! Sepertinya ini adalah cara pertama kita untuk dapat ikut terlibat secara rohani supaya perdamaian bisa terwujud di Palestina, supaya para korban gempa di Papua dapat tertolong, supaya para pengusaha memperoleh cara untuk menyelamatkan para karyawannya, supaya para pencari kerja memperoleh pekerjaannya, supaya yang kekurangan makan mendapatkan rezeki dambaannya, dan sebagainya... Berdoa… Tuhan mengajar kita untuk tidak meremehkan doa. Bahkan Santo Paulus mengajak kita untuk berdoa tanpa putus…

Namun kiranya kita perlu juga berkorban dengan cara lain seperti janda miskin itu: berderma... seberapa pun... Syukur bila kita punya rezeki melimpah... Jika kita juga semiskin janda itu atau lebih miskin dari janda itu, kita masih dapat membagikan sedikit dari apa yang kita punyai. Yang penting pula adalah bagaimana kita dapat menyalurkan bantuan-bantuan itu. Ada baiknya kita mempercayakan bantuan dan derma kita kepada lembaga-lembaga terpercaya... berderma di gereja kita dapat menjadi salah satu cara karena Gereja Katolik selama ini cukup bertanggung jawab dalam pengelolaan kekuangan. Kita juga dapat menyalurkan derma melalui lembaga-lembaga lain sesuai hati nurani kita.

Akhirnya, yang juga tidak kalah penting, kita perlu mengubah sikap hidup kita... Jika selama ini kita boros, sekaranglah waktunya untuk memulai hidup hemat. Jika selama ini kita tidak menghargai makanan yang disajikan di meja makan, sekaranglah waktunya untuk menghargainya dengan menyantapnya dalam rasa syukur... tidak membuangnya secara sia-sia. Jika selama ini kita tidak bekerja dengan baik di kantor atau lembaga kita, sekaranglah waktunya untuk memulai bekerja dengan lebih serius dan lebih baik... Jika selama ini kita lebih suka memelihara dendam dan permusuhan terhadap tetangga kita, sekaranglah waktunya untuk mengakhiri semua itu dan membangun sikap damai yang baru... dan seterusnya.

Dalam kecemasan itu kita masih dapat berharap bahwa kehidupan akan menjadi lebih baik di tahun baru ini. Semoga Pak Situmorang segera sembuh dan pulih seperti sedia kala… agar beliau dapat berkarya lagi. Semoga anak-anak kita yang duduk di bangku sekolah selalu sehat dan dapat belajar dengan giat… Semoga mbak Vina yang sering sakit juga memperoleh kesembuhan segera agar ia dapat ikut koor Santher lagi… Semoga Pak Totok dan Pak Nobo yang menjadi pilar kepengurusan Santher dan membantu Bapak Situmorang senantiasa dibimbing Roh Kudus menggembalakan kita semua umat Santher… Kehadiran Tuhan akan selalu kita rasakan dan alami. Kiranya Tuhan akan menguatkan langkah kita menapaki jalan panjang di hari-hari di tahun ini.

Selamat Tahun Baru. Tuhan Yesus memberkati.

Thomas A. Sutadi

No comments: