Wednesday 10 July 2019

UMAT SANTHER DAN CIRI-CIRI MUSIK LITURGIS


Pengantar:
Ada baiknya bahwa umat Lingkungan St Theresia Bogor Raya Permai, khususnya yang bergabung dalam paduan suara, memahami apa yang disebut sebagai music liturgis, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari liturgy itu sendiri. Berikut dikutipkan sejumlah tulisan yang bersumber dari Panduan Bulan Liturgi Keuskupan Malang, 2017. Terima kasih kepada Komisi Liturgi Keuskupan Malang.

Musik liturgis” (khususnya melodi yang dihasilkan oleh alat-alat musik) dan “nyanyian liturgis” (khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi melodi), dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah (karya agung Allah yang menyelamatkan) dan tanggapan manusia beriman (syukur, pujian, sembah-sujud, dan permohonan).

Kita mengenal istilah Musik Liturgis dan bukan musik dalam liturgi, karena dengan musik liturgis mau digarisbawahi pandangan Gereja tentang musik sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis, seakan-akan barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi.

Sebagai bagian utuh dari liturgi, musik liturgi itu merupakan suatu doa dan bukan sekadar suatu ekspresi seni sebagai bahan tontonan ataupun sebagai bahan hiburan semata. Memang musik liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan seni musik/ nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik liturgi mengungkapkan doa manusia beriman.

Bahkan musik atau nyanyian liturgis sebagai doa mempunyai nilai yang tinggi. Sebab musik liturgis menggerakan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan, hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki, dll.). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud tujuan musik/ nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Hal ini memang cocok dengan hakikat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang  melibatkan banyak orang demi kepantingan umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri).

Oleh karena itu Gereja mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik sebenarnya berdoa dua kali (bene cantat bis orat). Sekali lagi, nilai itu tercapai kalau ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan yang lain dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.

(tulisan berikutnya: Seni Musik Liturgis)

No comments: