Thursday 16 April 2009

PERLUKAH KITA BELAJAR BAHASA LATIN?

Misa PASKAH dalam bahasa Latin

Pada hari Minggu Paskah tanggal 12 April yang lalu saya menonton Perayaan Ekaristi Paskah bersama Bapa Suci Paus Benediktus XVI dari Vatikan melalui siaran Indosiar. Terus terang saya kagum dengan komitmen Indosiar untuk menayangkan upacara ini secara "live" atau langsung. Perayaan Ekaristi tersebut diselenggarakan dalam berbagai bahasa, khususnya Latin dan Itali serta beberapa bahasa asing lain yang digunakan untuk doa umat (Prancis, Jerman, Arab, Portugis, Spanyol, etc.). Yang pasti, sebagian besar lagunya berbahasa Latin.

Di tengah-tengah acara tersebut, saya mendapat SMS dari Sheila, organis koor Exultate. Sheila menanyakan kepada saya di mana kita bisa belajar bahasa Latin. Dia ingin tahu kenapa ucapan kata-kata Latin yang ia dengarkan di TV berbeda dari yang pernah ia dengan di Gereja. (Mungkin Sheila belum tahu bahwa Bapa Suci menggunakan bahasa Itali dalam khotbahnya dan dalam beberapa bagian pidatonya... tentu saja ucapannya berbeda dari bahasa Latin yang pernah didengarnya di gereja.)

Tetapi... menarik bahwa Sheila bertanya kepada saya di mana kita dapat belajar bahasa Latin. Saya jawab bahwa bahasa Latin saat ini hanya dipelajari di seminari-seminari, dan itu pun tidak mendalam... sehingga para calon imam hanya tahu sedikit kulitnya... Ada juga buku-buku tentang bahasa Latin; misalnya Proverbia Latina terbitan Kompas Gramedia karangan Bapak BJ Marwoto (kebetulan beliau adalah paman dari Maxi). Saya cari di internet... dan saya hanya mendapatkan satu orang yang dapat memberikan kursus bahasa Latin... di Jakarta. Hebatnya, orang tersebut adalah seorang Muslim yang sekaligus ahli dalam ilmu keagamaan.... bukan seorang Katolik atau Protestan. Saya menaruh hormat kepada beliau meskipun saya tidak mengenal beliau. Beliau menyadari pentingnya belajar bahasa Latin dan ingin memperkenalkan bahasa kuno tersebut ke banyak orang. Salut! Namanya Bapak Adian Husaini, M.A. dan dalam blog tersebut ditulis bahwa beliau mengajar di Kantor INSISTS Jakarta.

Berikut ini saya copy-paste-kan tulisan beliau dalam blognya. Ada beberapa bagian yang saya tambahkan karena Bapak Adian Husaini mengajarkan bahasa Latin klasik, sedangkan yang banyak kita dengarkan dan gunakan di Gereja adalah bahasa Latin eklesiastik. Silakan baca.

Manfaat Belajar Bahasa Latin

Bahasa Latin adalah bahasa yang sebenarnya sudah sangat akrab dengan kita. Sejak di bangku sekolah menengah (SMP atau SMA), bahkan sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan berbagai istilah dan ungkapan yang berasal dari atau dalam bahasa Latin. Sebagai contoh, ungkapan ora et labora, homo homini lupus, mens sana in corpore sano, veni vidi vici, quo vadis, pro forma, ante meridiem, post meridiem, ante mortem, post mortem, persona non grata, ad hoc, anno domini (A.D.), ad interim, alma mater, dies natalis, cogito ergo sum, cum laude, summa cum laude, ex officio, idem, in absentia, per capita, primus inter pares, versus, vox populi vox dei, bonus, bella, casa blanca, magna carta, dan sebagainya.

Di dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, nama-nama tumbuhan, hewan, juga organ-organ tubuh manusia dan hewan diberikan dalam bahasa Latin.Dulu kita diberitahu oleh guru kita, bahwa nama-nama tumbuhan dan hewan diberikan dalam bahasa Latin, karena bahasa ini sudah mati, tidak berkembang lagi, sehingga nama-nama itu tidak mudah berganti. Penjelasan itu tidak salah, hanya saja, memang bahasa Latin merupakan bahasa ilmiah di dunia Latin Eropa sampai abad ke-19. Ketika itu semua ilmuwan menulis karya ilmiahnya dalam bahasa Latin.

Namun, biasanya para pelajar tidak dikenalkan dengan dasar-dasar bahasa Latin, sehingga tidak jarang ada kesalahan dalam mengucapkan atau memahami maknanya dengan tepat. Padahal, jika dikenalkan dan diajarkan sedikit saja, dasar-dasar bahasa Latin, maka berbagai ungkapan dan istilah dalam bahasa Latin, akan lebih mudah dihafal dan dipahami.

Sebagai contoh, ora et labora diartikan dengan “bekerja sambil berdoa”, padahal arti yang tepat adalah “berdoalah dan bekerjalah”. Kata ora adalah bentuk perintah (imperative) dari kata kerja oro (saya berdoa, dalam, bahasa kamus bahasa Latin, kata kerja dicantumkan dalam bentuk orang pertama, saya). Juga ungkapan “veni vidi vici”, biasanya diucapkan dengan [vini, vidi, vici] (dengan ucapan “C” untuk “cacing”). Padahal, ucapan yang benar menurut ucapat Latin klasik adalah [veni, vidi, viki]. Dalam bahasa Latin klasik, huruf “C” selalu dibaca “K” dalam bahasa Indonesia (“K” untuk “kacang”), seperti kata “casa blanca” harus dibaca [kasa blanka] artinya “rumah putih”, bukan dibaca [casa blanca].

Tetapi memang betul... bahwa dalam bahasa Latin eklesiastik atau bahasa Latin yang digunakan oleh Gereja Katolik, huruf C dan G memiliki ucapan yang sedikit berbeda dari Latin klasik. Dalam Latin eklesiastik, huruf C yang diikuti huruf I, E, AE, OE selalu diucapkan C seperti dalam “cacing”; sedangkan huruf C yang diikuti huruf A, O dan U selalu diucapkan K seperti dalam Latin klasik. Demikian juga dengan huruf G. Dalam Latin eklesiastik, huruf G dibaca J (seperti dalam Jerman) bila diikuti huruf I dan E. Sedangkan bila diikuti A, O dan U, huruf G harus dibaca seperti dalam “garing”, “gado-gado”.

Ungkapan Caius Julius Caesar, Kaisar Romawi, yang terkenal itu (veni, vidi, vici), biasanya diartikan dengan “saya datang, saya melihat, dan saya menang”. Ungkapan ini sebenarnya diberikan dalam bentuk lampau (past tense), yang arti tepatnya ialah “saya telah datang, saya telah melihat, dan saya telah menang.” Dalam bentuk sedang atau (present tense), ungkapan ini seharusnya ialah “venio, video, vinco”, artinya “saya datang, saya melihat, dan saya menang”.

Ini sebenarnya ungkapan yang menggambarkan keperkasaan dan kesombongan Julius Cesar, bahwa ketika berperang melawan raja Pontus, sekitar tahun 47 SM, dia tidak perlu bersusah-payah dalam mengalahkan musuh. Tetapi, cukup hanya datang dan melihat-lihat saja, musuh sudah lari terbirit-birit, ketakutan, sehingga dia menang tanpa berperang. Dalam pertandingan olah raga, ungkapan ini biasanya digunakan untuk memberi semangat kepada tim yang bertanding.

Bagi pelajar IPA atau mahasiswa bisang kedokteran, kedokteran hewan, biologi, dan sebagainya, kata-kata Latin telah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mengetahui dasar-dasar bahasa Latin, maka kita akan melihat, betapa banyaknya nama-nama tumbuhan dan hewan yang telah akrab dengan kita. Misalnya, nama latin dari padi ialah oryza sativa. Dalam bahasa Latin, padi adalah “oryza”.

Dalam dunia kedokteran hewan, dikenal istilah “kadaver” untuk menyebut bangkai binatang. Istilah ini memang berasal dari bahasa Latin “cadaver”. Begitu juga istilah-istilah “os” (tulang), pembuahan “in vivo” (pembuahan di dalam tubuh), dan pembuahan “in vitro” (pembuahan dalam tabung/ di luar tubuh), postmortem (pemeriksaan pasca kematian).Anak-anak sekolah dasar sudah diajarkan tentang jenis-jenis binatang, seperti “herbivora”, “carnivora”, dan “omnivora”. Kata-kata ini juga berasal dari bahasa Latin.

Herbivora berasal dari kata “herba” artinya, “rumput”, dan “voro” artinya “menelan” atau “makan”. Maka, herbivora adalah jenis binatang pemakan rumput. Kata Carnivora berasal dari kata “caro, carnis”, yang artinya “daging”. (bentuk-bentuk perubahan kata benda akan dijelaskan kemudian). Sedangkan kata “omnivora” adalah jenis binatang pemakan semua makanan. Ini berasal dari kata “omnis” yang artinya “semua”.

Bahasa Latin sampai saat ini masih digunakan di lingkungan Vatican. Maka, dalam bidang teologi Kristen, penguasaan bahasa Latin menjadi satu keharusan. Istilah-istilah Latin sudah sangat akrab di telinga banyak orang, seperti frater, pater, pastor, ecclesia, pacem in terris, dan sebagainya. Begitu juga dalam bidang hukum dan politik, banyak sekali istilah-istilah Latin yang perlu dikuasai oleh pakar politik atau praktisi hukum, seperti istilah “pro-justisia” yang sebenarnya “pro-iustitia”, ius-soli, ius sanguinis, pax-americana, res publica, pro forma, novum, in absentia, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, ada baiknya, sedikit banyak mengenal dasar-dasar bahasa Latin, untuk menambah wawasan, atau mungkin untuk mendalami lebih jauh berbagai bidang ilmu pengetahuan. Peminat studi Islam, misalnya, ada baiknya menguasai bahasa Latin, sebab dengan itu, akan dapat membaca karya-karya ilmuwan Barat yang di Zaman Pertengahan ditulis dalam bahasa Latin. Pada tahun 1143, untuk pertama kalinya, orang Barat mengenal al-Quran melalui terjemahan Bahasa Latin yang diterjemahkan oleh Robert of Ketton.

Pada abad ke-13, Ricoldo da Montecroce juga menerjemahkan al-Quran dalam bahasa Latin, yang ia beri judul “Confutatio Alcorani”. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh tokoh Kristen Protestan Martin Luther ke Bahasa Jerman. Pada abad ke-15 juga muncul terjemahan al-Quran oleh John of Segia (m. 1458), yang mengoreksi karya Ketton. Begitu juga bidang sains Islam, perlu dilengkapi dengan pengetahuan bahasa Latin, sebab di Zaman Pertengahan, para ilmuwan Barat banyak menerjemahkan karya-karya ilmuwan Muslim dari bahasa Arab ke bahasa Latin.

Bidang teologi Kristen sulit dipisahkan dari bahasa Latin, karena dokumen-dokumen resmi Vatikan ditulis dalam bahasa Latin.

Di era globalisasi saat ini, dunia pemikiran keagamaan saling berkelindan satu sama lain. Kaum Muslim, Kristen, dan agama-agama lain, sulit menghindarkan diri dari pengaruh pemikiran-pemikiran keagamaan yang berkembang di dunia Barat. Karena itu, bagi peminat sejarah dan perkembangan pemikiran keagamaan, akan lebih bermanfaat jika bisa memahami bahasa Latin.C.W. Valentine, dalam buku “LATIN: Its Place and Value in Education” (London: University of London, 1935), mencatat bahwa Bahasa Latin menjadi dasar penting untuk mempelajari bahasa-bahasa asing lain, yang berbasis bahasa Latin (Romance languages), seperti bahasa Perancis, Italia, atau Spanyol. Bahasa Latin juga menjadi fondasi penting dalam perkembangan bahasa Inggris.

Edwin Lee Johnson dalam bukunya, Latin Words of Common English, (London: D.C. Heath and Company, 1931), menjelaskan dengan terperinci sejarah dan pengaruh bahasa Latin terhadap bahasa Inggris.

Oleh sebab itu, para peminat sastra Inggris, akan sangat baik jika memahami dasar-dasar bahasa Latin, sebab dapat mengetahui asal-muasal dan perkembangan makna suatu kata dengan tepat.

1 comment:

m.syarif f. said...

http://www.freewebs.com/kursus-bahasa-klasik/

Kursus bahasa Latin semi-otodidak online. Hanya bayar sekali $10 selama kursus.