Thursday 12 February 2009

5. SEJARAH MISTISISME KRISTIANI ...


(Diambil dari email Pak Wisnu di milis Santher)

Pada abad ke-16 pusat mistisisme Katolik Roma bergeser ke Spanyol, yang merupakan kekuasaan Katolik Roma besar pada zaman Reformasi. Para mistikuspenting muncul dari kalangan tarekat-tarekat religius tradisional, sepertiFrancis de Osuna dari kalangan Fransiskan, Luis de Leon dari kalanganAgustinian, dan Luis de Grenada dari kalangan Dominikan, dan juga darikalangan tarekat-tarekat baru, seperti Ignatius dari Loyola, pendiri tarekat Jesuit. Namun, dua tiang utama dari mistisisme Spanyol adalahTeresa dari Avila (1515 - 82) dan sahabatnya Yohanes dari Salib (1542 -91), keduanya anggota tarekat Karmelit yang telah diperbarui.

Karya Teresa, "Life", adalah salah satu kisah paling kaya dan palingmeyakinkan tentang pengalaman visiuner dan penyatuan dalam kepustakaan mistikal Kristiani; karyanya berikutnya, "The Interior Castle", yangmemadukan ketujuh tingkatan dalam perjalanan mistikal, digunakan sebagaibuku pegangan dasar selama berabad-abad.

Yohanes dari Salib mungkin adalah yang paling dalam dan paling sistematikdi antara semua pemikir mistikal Katolik Roma. Keempat karya utamanya, "TheDark Night of the Soul", "The Ascent of Mount Carmel", "The SpiritualCanticle", dan "The Living Flame of Love", membentuk kajian teologis yanglengkap tentang penyucian indrawi dan rohani yang aktif dan pasif, peranpencerahan, dan penyatuan roh dengan Tuhan dalam perkawinan spiritual.

Pada abad ke-17 Prancis memimpin dengan tokoh-tokoh seperti Francis de Sales, Pierre de Berulle, Bruder Lawrence (penulis "The Practice of the Presence of God"), dan Marie Guyard. Pada masa ini, penekanan padapengalaman pribadi para mistikus sebagai sumber "teologi mistikal" (yangberbeda dari iman alkitabiah dan kehidupan sakramental dari gereja)menghasilkan terbentuknya 'mistisisme' sebagai satu kategori, serta'mistikus' (mystics) sebagai istilah bagi para pelakunya.

Dalam abad ini juga terjadi konflik baru tentang mistisisme denganmunculnya kontroversi Quietist. Seorang penduduk Roma berkebangsaanSpanyol, Miguel de Molinos, penulis buku "Spiritual Guide" yang populer,dikutuk gereja karena ajarannya tentang "One Act", yang mengajarkan bahwakehendak (will), sekali terpaku pada Tuhan dalam doa kontemplatif, tidakmungkin kehilangan kesatuannya dengan yang ilahi. Di Prancis, Madame Guyonbersama bapa penasehatnya, Francois Fenelon, Uskup Agung Cambrai, juga dikutuk karena kecenderungan Quietist, dengan menekankan peran cinta murni,dan merugikan praktek-praktek gerejawi. Perdebatan-perdebat an ini mencorengperan mistisisme dalam Katolisisme Roma hingga ke abad ke-20, sekalipunpara mistikus penting terus bermunculan.

KRISTIANITAS PROTESTAN

Tokoh-tokoh yang mewakili mistisisme Protestan adalah apa yang disebut para"Spirituals" di daratan Eropa, di antaranya terdapat Sebastian Franck (k.l.1499 - k.l. 1542), Valentin Weigel (1533 - 88), dan Jakob Boehme (1575 -1624) yang patut dicatat. Di antara penganut Lutheran tradisional, JohannArndt (1555 - 1621) dalam karyanya "Four Books on True Christianity"membahas banyak tema dari mistisisme Zaman Pertengahan dalam konteksteologi Reformasi, serta menyiapkan lahan bagi kebangkitan spiritualkembali yang dinamakan Pietism, yang di situ para mistikus seperti Countvon Zinzendorf berkembang.

Di England, para tokoh religius Anglikan yang dikenal sebagai 'theCambridge Platonists', para "Quakers" di bawah pimpinan George Fox (1624 -91) dan William Law (1686 - 1761), adalah penting. Di Holland, sekelompokmistikus yang dikenal sebagai "Collegiants" , mirip dengan kaum Quakers,memisahkan diri dari gereja Remonstran (Calvinist). Kelompok-kelompokmistikal lainnya adalah "Schwenckfeldians" , didirikan oleh KasparSchwenckfeld, dan "Keluarga Cinta", didirikan di Holland oleh HendrikNiclaes pada awal abad ke-16 sebelum ia pindah ke Inggris pada sekitartahun 1550. Agama yang dipraktikkan oleh kaum "Ranters" dan kaum Puritan radikal lainnya di England pada abad ke-17 mempunyai aspek-aspek mistikal.

Ciri utama dari mistisisme Protestan adalah tekanannya pada unsur ilahi didalam umat manusia yang dikenal dengan berbagai istilah: "percikan api"atau "landasan" jiwa, "citra ilahi" atau "diri suci", "Cahaya di Dalam",atau "Kristus di dalam". Ini merupakan salah satu unsur esensial darimistisisme Rhineland, dan memperlihatkan hubungan antara mistisisme zamanpertengahan dengan mistisisme Reformasi.

Bagi Jakob Boehme dan para "Spiritual", realitas esensial terletak di alamideal, yang oleh Boehme dinamakan "Surga yang tak terciptakan" . Boehmemengambil alih kepercayaan Gnostik bahwa alam fisikal muncul dari kejatuhanawal, yang diperbarui dengan Kejatuhan Adam. Ajarannya memberikan pengaruhformatif utama terhadap sudut pandang yang berkembang pada William Law danWilliam Blake (1757 - 1827).

Bagi para mistikus Protestan maupun Katolik Roma, dosa pada dasarnyaadalah penonjolan diri dalam keterpisahannya dari Tuhan. Kehidupan ilahiterwujud dalam "diri suci sejati yang terkandung di dalam yang lain", "thetrue holy self that lies within the other" (Boehme, "First Epistle"). Biladiri itu bermanifestasi, maka Tuhan (atau Kristus) pun lahir di dalam jiwa.

Para mistikus Protestan menolak doktrin Lutheran dan Calvinist tentangkerusakan total jiwa manusia. William Law berkata, "Sabda Tuhan yang abaditersembunyi di dalam Anda, sebagai percikan api hakikat ilahi" ("The Spiritof Prayer", 1.2.). "Sabda Tuhan yang abadi" adalah Kristus di dalam, yangmenjelma (berinkarnasi) bilamana manusia naik menuju penyatuan denganTuhan. Oleh kaum "Spiritual", Kristus dipandang sebagai kemanusiaan idealyang lahir di dalam Tuhan dari sepanjang zaman. Konsep ini mendapatpenekanan paling besar pada Kaspar Schwenckfeld yang, berbeda dari paramistikus Protestan pada umumnya, mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluktercipta adalah rusak secara total; keselamatan berarti pembebasan darisifat ciptaan dan penyatuan dengan Kristus ilahi.

Para mistikus Protestan secara eksplisit mengakui bahwa Cahaya atau Percikan ilahi adalah prinsip universal. Hans Denck pada awal abad ke-16bicara kesaksian Roh di dalam "orang kafir dan Yahudi". Sebastian Franck,seperti kaum "Cambridge Platonist", menemukan wahyu ilahi di dalam karyapara pujangga Yunani dan Romawi. George Fox mengacu pada hati nurani bangsaIndian Amerika sebagai bukti keuniversalan Cahaya di Dalam. William Lawmenyebut para orang suci non-Kristen sebagai "rasul Kristus di dalam". Paramistikus Protestan menyatakan secara gamblang, bahwa bagi para mistikus, otoritas tertinggi mau tidak mau terletak, bukan di dalam kata-kata yangtertulis di kitab suci, melainkan di dalam Sabda Tuhan di dalam diri. Fox berkata, "Saya melihat di dalam Cahaya dan Roh itu, yang telah ada sebelum Kitab Suci diberikan" ("Journal", bab 2). Terutama mengenai pokok inilah para mistikus berkonflik dengan gereja yang mapan, entah Protestan entah Katolik Roma.

Kaum "Ranter" merupakan contoh baik dari konflik antara mistisisme dengan agama mapan. Mereka berpendapat, bersama Fox dan Hendrik Niclaes, bahwa kesempurnaan mungkin tercapai dalam hidup ini. Para pemimpin Puritan dibawah pemerintahan Commonwealth (Inggris di bawah Cromwell) mengutuk mereka untuk apa yang dinamakan "pandangan yang menghujat dan amat buruk", dan tidak diragukan lagi terdapat kecenderungan antinomian di kalangan orang yang menolak prinsip hukum moral. Beberapa di antara mereka menolak pengertian dosa itu sendiri, dan percaya bahwa secara universal semua hal akan kembali kepada Tuhan.


[dari: Encyclopaedia Britannica, 1994, jilid 16: "Christianity, Christian Mysticism", halaman 330-335]

No comments: