Thursday 12 February 2009

3. SEJARAH MISTISISME KRISTIANI ...


(Di-copy-paste dari email Bapak Wisnu di milis Santher. Teks bersumber dari: Encyclopaedia Britannica, 1994, jilid 16: "Christianity, Christian Mysticism", halaman 330-335)

KRISTIANITAS TIMUR.

Bentuk klasik dari mistisisme Kristiani Timur munculmenjelang akhir abad ke-2, ketika mistisisme gereja zaman awal mulai diekspresikan dalam kategori-kategori pemikiran yang secara eksplisit bergantung pada tradisi filosofis Yunani dari Plato beserta para pengikutnya. Pencampuran tema-tema Kristiani primitif dengan pemikiran spekulatif Yunani ini telah dinilai dengan beraneka ragam oleh orang Kristen yang datang belakangan, tetapi orang-orang di zaman itu tidak sulit melihatnya sebagai bukti kemampuan agama baru itu untuk beradapatasi dan mentransformasikan segala yang baik di dunia.Tekanan filosofis bahwa Tuhan tidak mungkin dikenal menemukan gemanya dibanyak naskah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menguatkan bahwa Tuhan dari Ibrahim dan Bapa dari Yesus tidak pernah dapat dikenali sepenuhnya.

Pemahaman tentang peran Logos yang sudah ada sebelumnya, atau Sabda, didalam Injil Menurut Yohanes di dalam penciptaan dan pemugaran alam semesta,dijelaskan dengan menempatkan konsep Plato tentang Ide di dalam Logos.Tekanan Yunani pada visiun atau kontemplasi [theoria] akan Tuhan sebagai tujuan keberkahan manusia [blessedness] menemukan pembenaran alkitabiah di dalam Keberkahan ke-6: "Terberkatilah mereka yang suci dalam hati, oleh karena mereka akan melihat Tuhan" (Matius 5:8).

Ide tentang pengilahian (deifikasi, theiosis) cocok dengan tekanan Perjanjian Baru pada perubahan menjadi anak-anak Tuhan, serta naskah-naskah seperti 2 Petrus 1:4, yang bicara tentang berbagi sifat keilahian.Adaptasi-adaptasi ekumenis ini belakangan menyediakan pintu bagi masuknyabahasa penyatuan dengan Tuhan, terutama setelah pengertian tentang penyatuan menjadi lebih eksplisit di dalam Neoplatonisme, yakni wujud pagan terakhir dari mistisisme filosofis.Banyak dari tema-tema ini telah ada dalam bentuk benih di dalam karya-karya Clement dari Aleksandria, yang ditulis sekitar tahun 200 M. Tema-tema itu berkembang secara kaya di dalam pemikiran Origenes, penulis Kristen terbesar dari zaman pra-Konstantin dan mistikus spekulatif utama paling awal dalam sejarah Kristianitas.

Namun, teologi mistikal Origenes membutuhkan matriks sosial tertentu, yang di situ teologi itu bisa hidup sebagai cita-cita Kristiani yang formatif dan ekspresif. Inilah hasil yang dicapai oleh monastisisme (kehidupan mengasingkan diri dari dunia ramai) Kristiani zaman awal, gerakan mengasingkan diri ke gurun, yang mulai mengubah cita-cita kesempurnaan Kristiani pada awal abad ke-4.

Kombinasi dari pengalaman religius para orang Kristen dari gurun dengan teologi yang pada umumnya bersifat Origenis, yang membantu membentuk pandangan-pandangan mereka, menciptakan arus utama mistisisme Kristiani yang pertama, arus yang tetap bersifat sentral dalam Kristianitas Timur sampai sekarang, dan yang mendominasi Kristianitas Barat sampai akhir abad ke-12. Sekalipun tidak semua naskah mistikal Kristiani Timur diresapi secara mendalam oleh Platonisme, semuanya ditandai oleh pengalaman monastik.

Penulis mistikal besar pertama dari gurun adalah Evagrius Pontikus (346 - 399), yang karya-karyanya dipengaruhi oleh Origenes. Tulisan-tulisannya memperlihatkan pembedaan jelas antara kehidupan asketik, atau 'praktis', dengan kehidupan kontemplatif, atau 'teoretis'; pembedaan ini kelak menjadi klasik dalam sejarah Kristiani. Muridnya, Yohanes Kasianus, mengajarkan mistisisme Evagrius kepada para rahib dari Eropa Barat, terutama dalam uraiannya tentang "tingkat-tingkat doa" di dalam bukunya "Collations of the Fathers" atau "Conferences" .

Gregorius dari Nisa, adik Basilius, memetakan suatu model bagi kemajuan didalam jalan mistikal di dalam bukunya "Life of Moses" dan—mengikuti teladan Origenes--menulis sejumlah homili (khotbah) berisi tafsiran mistikal terhadap Kidung Sulaiman, dengan memperlihatkan bagaimana kitab itu bicara, baik tentang cinta Kristus bagi gerejanya, maupun cinta antara jiwa manusia dan Pengantin Laki-laki Ilahi. Mungkin yang paling berpengaruh dari semua mistikus Kristiani Timur adalah yang menulis pada abad ke-5 atau ke-6 dengan nama Dionysius Areopagite, orang yang ditobatkan oleh Paulus di Athena. Ia mungkin seorang rahib Syria. Di dalam karya-karya utama dari Pseudo-Dionysius ini, buku "Mystical Theology" dan "On the Divine Names", tekanan utamanya adalah pada sifat Tuhan yang tak terbayangkan ("Kegelapan Ilahi"), dan dari sini berkembanglah pendekatan 'apofatik' atau 'negatif' menuju Tuhan. ('via negativa')

Melalui proses pendakian yang berangsur-angsur dari hal-hal material menuju realitas-realitas spiritual, dan akhirnya tanggalnya semua keberadaan tercipta di dalam keadaan "tidak tahu" [the stripping away of all created beings in 'unknowing'] , jiwa akan sampai kepada "penyatuan dengan Dia yang mengatasi semua keberadaan dan semua pengetahuan" [the soul arrives at "union with Him who transcends all being and all knowledge"] (Buku "Mystical Theology", bab 1).Tulisan-tulisan Pseudo-Dionysius ini juga mempopulerkan pembagian kehidupan mistikal menjadi tiga tahapan: purgative (pembersihan) , iluminatif (pencerahan) , dan unitif (penyatuan). Para ahli teologi mistikal Timur belakangan, terutama Maksimus Konfesor dalam abad ke-7, mengadopsi banyak pemikiran ini, tetapi mengoreksinya dengan lebih banyak memberikan tekanan Kristologis; ia menunjukkan bahwa penyatuan dengan Tuhan hanya mungkin melalui tindakan Kristus sebagai Manusia-Tuhan.

Para mistikus Timur membedakan antara esensi Tuhan dengan atribut-atribut(sifat-sifat) Tuhan, yang dipahami sebagai energi-energi yang meresapi alamsemesta. Penciptaan adalah proses emanasi (pemancaran ke tingkat-tingkat yang lebih rendah), yang dengan itu Keberadaan Ilahi "mengalir keluar dari Dirinya ... untuk berdiam di dalam hati segala sesuatu ..." (Pseudo-Dionysius Areopagite dalam buku "On the Divine Names", iv, 13). Pengilahian [divinization] umat manusia adalah fundamental bagi mistisisme Timur.

Pengilahian ini datang melalui doa kontemplatif, dan terutama melalui metode Hesikasme (dari 'hesychia', "keheningan" ), yang diadopsi secara luas oleh para rahib Timur. Metode ini terdiri dari konsentrasi batin pada Kehadiran Ilahi [Divine Presence], yang dihasilkan dengan pengulangan 'doa-Yesus' (yang belakangan diformalkan menjadi "Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini"). Ini akan mencapai puncaknya di dalam visiun ekstatik akan Cahaya Ilahi, dan dipahami akan mengilahikan jiwa melalui energi ilahi yang terkandung dalam nama Yesus.

Banyak dari program ini sudah ditemukan dalam karya-karya Simeon Teolog Baru (sekitar 949 - 1022), seorang rahib dari Konstantinopel. Program itu mencapai wujudnya yang secara teologis paling berkembang dalam Gregorius Palamas (1296 - 1359), yang membela tradisi Hesikas terhadap lawan-lawan mereka.Wujud mistisisme Kristiani yang kaya menemukan pusat baru di negeri-negeriSlavia setelah orang Turki menaklukkan Yunani Timur. Ia juga mengalamipemekaran di Rusia, mulai dengan kitab "Philokalia" , suatu antologi naskah-naskah asketis dan mistikal yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1782, dan berlanjut hingga Revolusi Rusia tahun 1917.

Mistisisme Kristiani Timur banyak dikenal di Barat melalui terjemahan naskah anonimus Rusia abad ke-19 "The Way of the Pilgrim"; tetapi para mistikus Rusia terkenal, seperti Seraphimof Sarov (1759 - 1833) dan Yohanes dari Kronshtadt (1829 - 1090) berangsur-angsur dikenal pula di Barat. Dalam Gereja Timur, seperti dalam Gereja Barat, agama mistikal kadang-kadang menampilkan ekspresi heretis (murtad). Kecenderungan ini mulai dengan kaum Messalia (bahasa Syria berarti "orang berdoa") dari abad ke-4, yang dituduh mengabaikan sakramen-sakramen dengan berdoa terus-menerus, serta mengajarkan visiun materialistik tentang Tuhan. Di belakang hari ada mistikus, baik yang ortodoks maupun yang dicurigai, dituduh sebagai penganut Messalianisme.Sekte-sekte mistikal lain muncul di Rusia. Kaum Dukobhor, yang berasal dari abad ke-18 dari kalangan petani, menyerupai kaum Quaker dalam ketakacuhannya terhadap wujud-wujud lahiriah, dan berpegang pada Cahaya Batiniah sebagai otoritas tertinggi. Mereka ditindas dengan kejam di Rusia dan beremigrasi ke Kanada pada awal abad ke-20.

[dari: Encyclopaedia Britannica, 1994, jilid 16: "Christianity, Christian Mysticism", halaman 330-335]

No comments: