Thursday 12 February 2009

2. SEJARAH MISTISME KRISTIANI


(Di-copy-paste dari email Bapak Wisnu di milis Santher. Teks bersumber dari: Encyclopaedia Britannica, 1994, jilid 16: "Christianity, Christian Mysticism", halaman 330-335)


GEREJA AWAL.

Sekalipun intisari mistisisme adalah perasaan kontak dengan apa yang transenden, mistisisme dalam sejarah Kristianitas tidak boleh dipahami sekadar sebagai pengalaman-pengalam an ekstase istimewa, melainkan sebagai bagian kehidupan keagamaan yang dihayati di dalam konteks komunitas Kristiani. Dari perspektif ini, mistisisme memainkan peran vital di dalam gereja zaman awal.

Kristianitas zaman awal adalah agama dari roh yang mengungkapkan diri dalam peningkatan dan perluasan kesadaran manusia. Dari Injil-Injil Sinoptik (misalnya, Matius 11:25 -27) jelas bahwa Yesus dipahami memiliki kontak khusus dengan Tuhan. Di dalam gereja primitif, ada tugas aktif yang dilakukan oleh para nabi [prophets], yang dipahami telah menerima wahyu yang datang langsung dari Roh Kudus.

Aspek mistikal dari Kristianitas zaman awal memperoleh ekspresi paling penuh dalam surat-surat Paulus dan dalam Injil Menurut Yohanes. Bagi Paulus dan Yohanes, pengalaman dan aspirasi mistikal selalu berupa penyatuan dengan Kristus. Keinginan Paulus yang tertinggi adalah untuk mengenal Kristus, dan untuk menyatu dengan dia. Ungkapan yang sering diulang, "di dalam Kristus", menyiratkan penyatuan pribadi, suatu keikutsertaan dalam kematian Kristus dan Kebangkitannya. Kristus yang dengannya Paulus menyatu bukanlah manusia Yesus yang dikenal "menurut daging". Ia telah ditinggikan dan dimuliakan, sehingga ia satu dengan Roh.

Mistisisme-Kristus mendapatkan perwujudan baru di dalam Injil Menurut Yohanes, khususnya di dalam khotbah selamat tinggal (bab 14 - 16), yang di situ Yesus bicara tentang kematiannya yang menjelang, dan tentang kembalinya di dalam Roh untuk menyatukan dirinya dengan para pengikutnya. Di dalam doa Yesus pada bab 17, terdapat visiun tentang penyatuan jiwa-jiwa yang saling meresapi satu sama lain [interpenetrating] , yang di situ semua yang menyatu dengan Kristus mengalami pula penyatuannya yang sempurna dengan Bapa.

Dalam abad-abad Kristiani awal, kecenderungan mistikal menemukan ekspresinya bukan hanya dalam aliran Kristianitas Paulus dan Yohanes (seperti dalam tulisan-tulisan Ignasius dari Antiokhia dan Ireneus dari Lyon), tetapi juga di kalangan kaum Gnostik (pemurtad Kristiani zaman awal yang menganggap materi itu buruk dan roh itu baik). Para sarjana masih memperdebatkan asal mula Gnostisisme, tetapi kebanyakan kaum Gnostik melihat diri mereka sebagai pengikut Kristus, sekalipun Kristus yang berupa roh murni.

Mistisisme kaum Gnostik dapat dilihat dalam agama dari Valentinus, yang diekskomunikasikan sekitar tahun 150 M. Ia percaya bahwa manusia teralienasi (terasingkan) dari Tuhan oleh karena ketidaktahuan spiritual manusia; Kristus membawa manusia ke dalam Gnosis' (pengetahuan esoterik yang mencerahkan) , yakni penyatuan dengan Tuhan. Valentinus berpendapat bahwa semua manusia berasal dari Tuhan, dan bahwa semua orang pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan. Kelompok-kelompok Gnostik yang lain berpendapat bahwa ada tiga tipe manusia: "spiritualistik" , "psikis", dan "materialistik" , dan bahwa hanya kedua tipe pertama yang dapat terselamatkan. Kitab "Pistis Sophia" (abad ke-3) menyibukkan diri dengan masalah siapa yang akhirnya akan terselamatkan. Mereka yang terselamatkan harus meninggalkan dunia sama sekali, dan mengikuti etika murni dari cinta dan kasih sayang. Demikianlah maka mereka akan menyatu dengan Yesus, dan menjadi sinar Cahaya Illahi.

[dari: Encyclopaedia Britannica, 1994, jilid 16: "Christianity, Christian Mysticism", halaman 330-335]

No comments: